Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk sangat banyak sehingga pemenuhan kebutuhan sangat mendasar, salah satu permasalahan utama kebutuhan dasar manusia adalah makanan. Makanan tidak hanya sekedar cukup akan tetapi harus aman, bermutu, bergizi dan harga yang terjangkau oleh kemampuan masyarakat. Keamanan pangan yang aman dan bermutu sangat diperlukan sehingga tidak membahayaakan kesehatan konsumen. Makanan tidak terlepas dari wadah atau kemasan, dari sisi kemanan makanan, kemasan tidak sekedar pembungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan aman dikonsumsi (Indirawati et al.,2019).
Wadah atau kemasan makanan yang berbahan plastik terbuat dari beberapa jenis polimer yaitu Polietilen Tereftalat (PET), Polivinil Clorida (PC), Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polistirena (PS), Polikarbonat (PC) dan Melamin dan yang cukup populer dan sering digunakan masyarakat saat ini adalah jenis Polistirena terutama Styrofoam (Indirawati et al.,2019). Konsumsi plastik perkapita di Indonesia sebesar 17 kilogram per tahun. Akan terjadi pertumbuhan konsumsi kemasan plastik sebesar 6-7% per tahun, salah satunya adalah plastik pembungkus makanan yaitu styrofoam (Purwaningrum 2016).
Styrofoam atau polistirena adalah bahan yang sering digunakan sebagai pembungkus makanan karena sifatnya yang ringan, tahan panas, dan murah. Namun, tahukah Anda bahwa penggunaan styrofoam sebagai pembungkus makanan sebenarnya memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia?
Salah satu bahaya utama dari penggunaan styrofoam untuk pembungkus makanan adalah kemungkinan terjadinya pencemaran makanan oleh zat kimia berbahaya. Saat makanan panas atau asam dikemas dalam styrofoam, zat kimia seperti styrene dan benzene dapat bocor ke dalam makanan. Paparan jangka panjang terhadap zat-zat ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker, gangguan hormonal, dan masalah kesehatan lainnya.
Selain itu, styrofoam juga sulit terurai di lingkungan. Sampah styrofoam yang dibuang ke lingkungan dapat mencemari tanah dan air, mengancam keberlangsungan ekosistem, dan membahayakan hewan dan tumbuhan.
Berikut langkah - langkah untuk mengurangi dampak buruk penggunaan styrofoam:
1. Menggunakan bahan ramah lingkungan seperti kertas daur ulang atau bahan-bahan biodegradable untuk pembungkus makanan.
2. Menghindari memanaskan makanan langsung di dalam styrofoam.
3. Mendukung kebijakan pengurangan penggunaan styrofoam di tempat-tempat makan atau restoran.
Dengan kesadaran akan bahaya styrofoam bagi kesehatan dan lingkungan, diharapkan masyarakat dapat beralih ke penggunaan bahan-bahan yang lebih aman dan ramah lingkungan dalam membungkus makanan. Dengan demikian, kita dapat menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan untuk generasi yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H