Lihat ke Halaman Asli

Mengubah Paradigma Mistifikasi Menuju Pemahaman Logika Berfikir

Diperbarui: 15 Desember 2017   05:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari masyarakat yang heterogen, kemajemukan ras, bahasa, dan agama menjadi komponen yang membangun negara Indonesia. 

Atas dasar itulah Indonesia telah menjadi negara yang memiliki keberagaman dalam kepercayaan yang dianut, hal ini tentu menjadi pengaruh dalam kondisi sosial maupun cara berfikir masyarakat Indonesia. Berfikir berdasarkan kepercayaan/mistik menjadi sebuah polemik yang tidak disadari karena kepercayaan yang telah membangun masyarakat Indonesia.

Pada dasarnya masyarakat Indonesia memiliki sumber daya manusia yang melimpah dengan segenap prestasi oleh orang-orang yang berpendidikan. Namun pemikiran yang didasarkan pada kepercayaan/mistik tidak menjadi sekat antara masyarakat yang berpendidikan maupun tidak. 

Orang awam yang tidak berpendidikan sangat memegang kuat paham terhadap sebuah kepercayaan/mistik, seperti yang dijumpai dalam keseharian adanya paham mistika dalam sebuah ritual, sesajen dan mempercayai benda-benda yang memiliki kekuatan seperti keris dan pedang. 

Tidak menutup kemungkinan orang  yang berpendidikan pun dalam memahami sebuah teori masih berdasarkan paham/kepercayaan yang sifatnya tidak ilmiah. Hal ini disebabkan karena pemikiran logika mistik telah menjadi pemikiran seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Logika mistik merupakan pemikiran yang dilandasi pada suatu kepercayaan/mistik sehingga segala sesuatu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan/kegaiban, alat ukur dalam logika mistik adalah mistis dan kegaiban. Sedangkan Science berdasarkan logika dan berfikir nalar, yang menjadi alat ukur dari ilmu alam adalah teori dan pengetahuan. 

Walaupun berbeda alat ukur dalam menemukan kebenaran, Science dan logika mistik menjadi pegangan bagi seluruh manusia. Namun terdapat kelompok manusia yang hanya berpegang pada Science biasa disebut Atheis dan ada manusia yang hanya mempercayai logika mistik tanpa mempercatai ilmu alam tergolong manusia yang berfikiran primitif.

Sebagai sebuah contoh dalam penciptaan alam semesta, Science menjelaskan bahwa alam semesta terbentuk dengan sendirinya berdasarkan teori tanpa adanya penyebab dari penciptaannya. Sedangkan pandangan logika mistik bahwa adanya alam semesta karena diciptakan oleh Sang Pencipta, artinya terdapat sebab dari penciptaannya. 

Proses penciptaan alam semesta berdasarkan Science dalam teori Nebula membutuhkan waktu yang panjang dan melalui tahapan yang ekstrim. Logika mistik dalam ilmu agama mempercayai alam semesta hanya terbentuk melalui Firman dan Pepatah dari Sang Pencipta "Kun fayakun" Jadilah, maka jadilah. Dengan kegaiban dari Sang Pencipta alam semesta terbentuk hanya melalui 6 tahapan.

Dalam kasus lain penciptaan manusia dalam Science melalui  proses dalam sebuah teori Evolusi yang menyatakan manusia tercipta berawal dari monyet. Kemudian kini berubah menjadi manusia yang berakal dalam kurun waktu ratusan bahkan milyaran tahun, dengan dibuktikan dalam penelitian berupa fosil manusia pertama menyerupai seekor monyet. 

Namun dengan keajaiban yang diberikan Sang Pencipta awal penciptaan manusia berawal dari tanah kemudian ditiupkan ruh sebagai sumber kehidupan terciptalah manusia pertama sebagai Nabi Adam yang awal mula ditempatkan di Syurga dan hanya melalui waktu beberapa bulan untuk seorang bayi terlahir didunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline