Lihat ke Halaman Asli

Putri Reni

mahasiswa

Ketakutan, sang Penegak Pancasila

Diperbarui: 25 Oktober 2024   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DataRiu.com

Penegakan. pancasila tak sekedar kata yang mendidik namun menuntut! Negara terus merayu untuk diikuti, namun Rakyat terlalu lelah disibukkan dengan bea cukai dan tuntutan “uang memang tidak dibawa mati, namun segalanya butuh uang!”.

Rencana? Sadar saja tidak, bagaimana mau menuntut. Pancasila, frasa dalam kata yang tinggi dalam “aturan”. Negara.

Kalau mau meninggi harus nya sadar dulu, Indonesia mayoritas pijakannya tanah. Bukan aspal jalan yang panas dan “keroak” tengah nya. Kalau mau moderasi dijalankan dalam Pancasila tak seharusnya para petinggi merasa sukses sendiri hingga lupa banyak yang tertinggal.

Ingin sukses, katanya sukses tapi kenapa banyak diskriminasi? Di setiap sisi bumi Nusantara. Katanya ilmu padi? Padi itu kalau sudah siap masak ”panen” dijual dihargai rendah oleh Negara nya sendiri.

Pancasila, harapan Negara besar namun harganya mahal. Ditempuh dengan semangat dan darah. Ingin jadi orang yang penting harus jadi boneka? Jaman milenial atau jaman Gen-z? Kata yang mengecoh untuk dipahami sukses.

Jika masih berharap anak jaman sekarang ingin berpikir kritis, harus nya tatanan dalam lingkungan tak serumit ini. Negara seolah takut tumbang kalau-kalau ada yang berani bersuara. Suara satu dianggap “pemberontak” suara dua “komunis” suara tiga “orang sesat” suara tanpa henti dibilang “gila!”.

Aku jadi tau kenapa banyak yang ketakutan, mereka benar hanya mempercayai diri mereka! Kalau ada yang berani memberontak mereka hanya akan ber anspirasi seolah dikendalikan. Padahal aku hanya penikmat Oposisi sejak kecil, negara benar selalu memeluk ketakutan bersama orang yang mereka percaya saja. Dan itu alasan kenapa orang sukses yang menjadi petinggi takut turun kebawah.

Beringas, psikopat, dan pembunuhan mungkin akan terus menghantui sang pemilik harapan. Harapan juga yang membuat orang yang maju menjadi sangat iniberharap, harapan yang besar benar menghantui.

Hantu yang seolah membisikan kebenaran, namun salah kaprah. Dihadapan tong sampah malah membuang harapan hidup. “Banyak pikiran”, decah nya. Kalau mau memimpin negara dengan Pancasila anak muda jaman sekarang harus nya membuang pikiran sampah nya. Dan mulai memupuk kepercayaan diri, dan mengembangkan ide dan inovasi baru.

Inovasi ada namun bimbang jalannya. Tanya kanan dikasih jalan kiri, tanya cinta malah dijawab logika, tanya sukses malah ditanya balik. Diawal saja sangat membingungkan, apalagi yang hidup ditengah kebingungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline