Lihat ke Halaman Asli

Putri Rahayu Agustin

Mahasiswa Teknik Informatika

Menghubungkan ABK dengan Layanan Publik Lewat WebGIS

Diperbarui: 8 September 2024   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Anak Berkebutuhan Khusus Menggunakan Teknologi (Sumber: Freepik.com)

Menghubungkan ABK dengan Layanan Publik Lewat WebGIS


Pentingnya inklusivitas dalam penyediaan layanan publik bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi semakin nyata seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap hak-hak disabilitas. Di Indonesia, menurut data Kementerian Sosial, jumlah ABK mencapai lebih dari 1,6 juta jiwa pada tahun 2020, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat. Kota Lubuklinggau, dengan jumlah penduduk yang terus berkembang, juga memiliki tantangan dalam menyediakan layanan publik yang ramah disabilitas bagi anak-anak ini. Penelitian yang dilakukan oleh A. Taqwa Martadinata et.All (2023) dalam Jurnal Penerapan Sistem Informasi (Komputer & Manajemen), menawarkan solusi inovatif melalui pengembangan aplikasi berbasis WebGIS. Aplikasi ini memetakan sebaran ABK di Lubuklinggau sekaligus menyediakan informasi mengenai fasilitas umum dan layanan kesehatan yang ramah bagi mereka.

Melalui aplikasi ini, ABK dan keluarganya dapat dengan mudah mengakses informasi penting yang sebelumnya sulit dijangkau, terutama di wilayah-wilayah yang minim infrastruktur. Konsep Geographic Information System (GIS) yang diterapkan dalam aplikasi ini memungkinkan informasi disajikan dalam bentuk peta interaktif yang dapat diakses oleh publik. Dengan memanfaatkan teknologi seperti Leaflet.js dan MySQL, sistem ini tidak hanya memudahkan pencarian informasi, tetapi juga menawarkan pemutakhiran data secara real-time. Hal ini sangat penting mengingat kebutuhan ABK terhadap fasilitas layanan kesehatan sering kali bersifat mendesak dan spesifik.

Namun, meskipun inovasi ini memberikan harapan besar, tantangan dalam penerapan teknologi berbasis GIS di lingkungan yang belum melek teknologi tetap menjadi salah satu kendala yang harus diatasi. Pemerintah lokal, dalam hal ini, perlu mendukung implementasi dengan memberikan edukasi dan akses yang lebih luas terhadap teknologi tersebut.

***

Penelitian A. Taqwa Martadinata et.All (2023) mengenai sistem informasi berbasis WebGIS untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kota Lubuklinggau menghadirkan sebuah inovasi penting dalam upaya meningkatkan inklusivitas layanan publik. Sistem ini dirancang untuk memetakan lokasi ABK, sekaligus menyajikan informasi tentang fasilitas kesehatan dan umum yang ramah bagi mereka. Berdasarkan metode Waterfall yang digunakan, penelitian ini mengikuti tahapan pengembangan sistem secara bertahap, mulai dari analisis hingga implementasi dan pengujian. Pemilihan metode ini sangat tepat mengingat kompleksitas dari sistem yang dikembangkan, yang melibatkan pengelolaan data spasial dan non-spasial.

Dari segi teknis, aplikasi ini memanfaatkan framework CodeIgniter dan bahasa pemrograman PHP, yang sudah terbukti andal dalam pengembangan aplikasi berbasis web. Penggunaan Leaflet.js untuk peta interaktif juga menjadi nilai tambah, karena teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melihat lokasi ABK serta fasilitas terkait dalam tampilan yang mudah diakses dan dipahami. Sementara itu, MySQL berfungsi sebagai basis data yang menyimpan seluruh informasi penting, termasuk data pribadi ABK dan fasilitas yang tersedia di sekitar mereka. Dengan adanya integrasi Google Maps, pengguna juga dapat memperoleh panduan rute secara langsung, menjadikan aplikasi ini sangat user-friendly.

Namun, inovasi ini juga menyadarkan kita bahwa implementasi teknologi seperti ini membutuhkan dukungan infrastruktur dan keterlibatan berbagai pihak. Misalnya, data yang digunakan dalam sistem harus terus diperbarui agar tetap relevan. Berdasarkan penelitian, salah satu kelemahan sistem informasi yang berbasis data spasial adalah ketika data tersebut tidak diperbarui secara berkala, maka akurasi peta dan informasi yang ditampilkan dapat menurun. Hal ini bisa berdampak pada pengguna, terutama ABK yang sangat bergantung pada layanan ini untuk memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, keterlibatan pemerintah daerah sangat krusial untuk memastikan pemutakhiran data berjalan dengan baik.

Dari segi penggunaan, penting untuk mempertimbangkan tingkat literasi teknologi di kalangan masyarakat Lubuklinggau. Menurut data BPS (2022), tingkat literasi digital di Indonesia masih berkisar 37%, dengan variasi signifikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Ini berarti bahwa meskipun aplikasi ini dirancang dengan antarmuka yang ramah pengguna, program edukasi dan pelatihan bagi masyarakat tetap diperlukan agar manfaat dari aplikasi ini bisa dirasakan secara optimal. Mengingat populasi ABK yang terus meningkat, teknologi ini memiliki potensi besar untuk diadopsi di wilayah-wilayah lain yang memiliki tantangan serupa.

Selain itu, sistem ini juga dapat diperluas cakupannya untuk memasukkan berbagai jenis layanan lain yang dapat diakses ABK, seperti sekolah inklusif, pusat rehabilitasi, dan layanan terapi. Dengan memperluas jangkauan aplikasi ini, tidak hanya ABK tetapi juga keluarga mereka akan merasa lebih terbantu dalam mencari informasi yang tepat untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Teknologi WebGIS ini tidak hanya bersifat inovatif, tetapi juga memberikan dasar yang kuat untuk perbaikan sistem pelayanan publik yang lebih inklusif di masa depan.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline