Lihat ke Halaman Asli

Program Pemberdayaan UMKM Melek Digital oleh Mahasiswa UNEJ

Diperbarui: 7 September 2021   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Meningkatnya penyebaran  virus covid-19, membuat pemerintah memberlakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran lebih luas melalui pembatasan mobilisasi, karantina, pemberlakuan jam malam dan lain sebagainya sehingga menyebabkan banyak sektor kehidupan yang mengalami gangguan salah satunya adalah adanya gangguan sosioekonomi secara global. 

Adanya pembatasan mobilisasi menyebabkan masyarakat berdiam diri dirumah sehingga beberapa aktivitas ekonomi mengalami gangguan seperti menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya penjualan suatu produk, menurunnya pendapatan masyarakat dan lain sebagainya. Efek tersebut turut pula dirasakan oleh masyarakat Desa Sambi Bulu yang sebagian besar berprofresi sebagai pelaku UMKM.

Desa Sambi Bulu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Desa Sambi Bulu memiliki 3 dusun yaitu Dusun Sambi Sari, Dusun Sambi Roto dan Dusun Sambi Bulu. Desa Sambi Bulu dihuni lebih dari 9000 jiwa. 

Dengan luas wilayah lebih dari 180.000 hektar, Desa Sambi Bulu memiliki beberapa potensi unggulan yang memanfaatkan lahan padat penduduk ini. Adanya potensi ini dikembangkan oleh beberapa masyarakat setempat dengan dijadikan peluang usaha, salah satunya ialah menjadi pelaku UMKM.

Terdapat 3 UMKM Tempe yang ada di Dusun Sambi Sari, salah satunya adalah Usaha Tempe Bapak Pujut. Usaha Tempe ini sudah ada sejak tahun 1995. 

Dalam satu hari, Bapak Pujut dapat memproduksi 40 kilogram kedelai yang kemudian diolah menjadi tempe. Produksi dilakukan didalam rumah Bapak Pujut dengan berbagai peralatan khusus. Produksi dilakukan pada malam hari agar keesokan harinya kedelai-kedelai tersebut sudah menjadi tempe dan siap untuk dipasarkan. 

Metode pemasaran produk tempe ini hanya melalui tangan ke tangan yaitu beberapa pedagang besar yang sudah menjadi langganan akan mengambil stok tempe lalu sisa tempa yang ada kemudian dititipkan ke pedagang-pedagang kecil sekitar rumah untuk dijual.

Selain itu, ada Usaha Jahe Seduh yang dimiliki oleh Ibu Maslachah. Usaha ini baru berdiri selama 5 bulan. Ide awal terbentuknya usaha ini ialah melihat banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi jahe untuk menjaga imunitas tubuh pada masa pandemi ini. Varian jahe yang digunakan dalam produk ini pun beragam, mulai dari jahe merah hingga jahe emprit. Selain jahe, Ibu Maslachah juga berinovasi dengan rempah-rempah lain seperti kunyit, temulawak.   

Dalam satu hari, Ibu Maslachah dapat memproduksi 3 kilogram bubuk jahe tiap jenisnya dan 2 kilogam masing-masing untuk kunyit dan temulawak. Selain jahe seduh, Ibu Maslachah  juga memproduksi jamu dengan berbagai varian seperti kunyit, beras kencur, sirih, dll. 

Dalam satu hari, Ibu Maslachah  dapat memproduksi 12 liter jamu. Metode pemasaran produk jahe seduh dan jamu hanya terbatas melalui mulut ke mulut dan kerabat terdekat.

Melihat permasalahan yang dihadapi oleh kedua UMKM ini sama, maka mahasiswa KKN membuat program pemberdayaan UMKM Melek Digital sebagai jawaban atas permasalahan tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline