Pendahuluan
Pada November 2019 dunia dihebohkan dengan munculnya wabah virus Covid-19 yang terjadi di Wuhan, China. Hingga 9 Maret 2020 World Health Organization (WHO) secara resmi menetapkan status coronavirus disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi. Hal tersebut menyatakan bahwa artinya virus corona sudah menyebar hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Respon pemerintah Indonesia dalam menanggapi permasalahan pandemi adalah dengan menetapkan physical distancing. Tentunya terjadinya pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap semua bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Namun pada pertengahan 2020 masyarakat diminta untuk melakukan adaptasi dengan kebiasaan kehidupan yang baru atau disebut dengan new normal. Fase new normal ini masyarakat bisa melakukan aktivitas di luar rumah tetapi tetap harus melakukan protokol kesehatan. Kegiatan pembelajaran pun kembali dilakukan secara tatap muka mulai dari dilakukannya uji coba dengan kapasitas 50% dari jumlah siswa hingga jumlah siswa secara keseluruhan seperti saat ini.
Kurikulum merupakan hal yang melekat dan digunakan sebagai alat atau fondasi/ruh dalam proses pendidikan, kalau dalam pendidikan tidak ada kurikulum maka proses pendidikan tidak akan berjalan. Penggunaan Kurikulum 2013 ditujukan untuk menyeimbangkan antara soft skills dan hards skills dengan mengasah 3 aspek, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran berbasis masalah memerlukan sebuah kemampuan kecerdasan siswa, sehingga dibutuhkan cara berpikir kritis dalam memecahkan kompleksitas suatu persoalan yang sedang dihadapi.
Pemulihan proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL ini akan dikaitkan dengan teori pedagogi kritis yang dikemukakan oleh Henry A. Giroux dengan culture studies sebagai alat analisa mengenai pendidikan. Metode Problem Base Learning (PBL) sebagai usaha mengambangkan cara berpikir kritis siswa menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam memulihkan proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Pemulihan Proses Pembelajaran di Masa Pandemi melalui Metode Problem Base Learning dalam Kurikulum 2013 Menurut Teori Pedagogi Kritis Henry A. Giroux
Keberadaan kurikulum dalam pendidikan membantu kita dalam memiliki suatu cara berpikir dan struktur berpikir yang baik. Segala aspek pelaksanaan pembelajaran bertumpu pada kurikulum. Kurikulum berperan sebagai arah atau aturan dalam berlangsungnya aktivitas pendidikan, karena pendidikan itu nafasnya ada di kurikulum. Kurikulum 2013 menjadi opsi pertama yang bisa dipilih oleh satuan pendidikan. Tujuan yang terdapat pada Kurikulum 2013 adalah sebagai upaya dalam mempersiapkan masyarakat untuk memiliki kemampuan diri yang baik, sehingga mampu menjadi manusia yang beriman, aktif, dan kreatif. Dengan demikian dalam penerapan Kurikulum 2013 ini tenaga pendidik harus mampu merancang model pembelajaran yang baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah dengan metode Problem Base Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dasar perolehan pengetahuan dalam metode PBL ini berasal dari pembelajaran berbasis masalah nyata yang ditemui di lingkungan sekitar.
Henry A. Giroux adalah sosiolog yang sangat mendalami pedagogi kritis hingga mengaitkan peran kurikulum dalam pedagogi kritis. Dalam merintis teori pedagogi kritis ini Giroux melanjutkan pemikiran Paulo Freire dengan lebih komprehensif. Munculnya pedagogi kritis menjadi sebuah diskursus dalam ranah pendidikan yang optimis membangun lembaga sekolah menjadi demokratis. Optimisme yang dibangun Giroux berdasarkan proyeksi sangat mungkin di tahun-tahun mendatang praktik dan logika dominasi akan terus bertahan dalam seluruh aspek kehidupan (Rakhmat Hidayat, 2011: 183).
Giroux menyebutkan bahwa keberadaan pedagogi kritis memiliki peran yang sangat penting dalam megembangkan kemampuan literasi. Artinya meningkatkan kemampuan literasi ini perlu kita lakukan karena memiliki manfaat yang sangat bagus, baik untuk menambah wawasan, sesuai dengan kebudayaan, serta mampu membangun sebuah cara berpikir kritis. Maka dari itu, dalam pemikiran Giroux untuk merealisasikan manusia yang memiliki kesadaran kritis perlu adanya usaha yang dilakukan oleh pendidikan orang dewasa (adult education) dengan memberikan pencerahan kepada generasi muda dan kelompok sosial lainnya. Hal tersebut dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode PBL dalam Kurikulum 2013. Dimana setelah kurang lebih 2 tahun sistem pendidikan dilakukan secara daring (PJJ) kini di era new normal sudah kembali ke bentuk awal yaitu pembelajaran secara langsung yang mana diperlukan sebuah usaha untuk menumbuhkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar.
Giroux menggunakan pendekatan interdisipliner dan transdisipliner dari culture studies untuk diterjemahkan dalam praktik demokrasi di sekolah (Rakhmat Hidayat, 2011: 186). Kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan guru memberikan rangsangan materi pelajaran dengan menjelaskan materi pelajaran atau menayangkan sebuah video atau film yang setelah itu siswa diminta untuk memberikan tanggapan mengenai tayangan yang sudah ditonton. Dalam pandangan Giroux pemulihan proses pembelajaran melalui metode PBL juga dapat dilakukan dengan pendekatan interdisipliner itu dapat dilakukan dengan misalnya setelah guru memberikan rangsangan materi pelajaran siswa diminta untuk menganalisis permasalahan sosial yang sedang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Sehingga siswa harus meninjau masalah permasalahan sosial yang sedang dikaji ke dalam sudut pandang sosial-budaya, ekonomi, maupun politik. Sementara pendekatan transdisipliner dalam pandangan Giroux dapat dilihat dari proses analisis yang dilakukan oleh siswa dalam mengkaji suatu permasalahan sosial. Pada proses pembelajaran itu siswa diberikan peran yang besar agar mampu berperan aktif sehingga dapat mengasah pengetahuan, pengalaman, serta keahlian pada dirinya.
Dalam proses pembelajaran siswa berperan sebagai subjek belajar sehingga harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya dalam hal bertanya, mengemukakan pendapat, maupun kemampuan mengeksplorasi lingkungan untuk mendapatkan pengalaman yang baru. Sejalan dengan dan pandangan Giroux dalam bukunya yang berjudul Theories of Reproduction and Resistances in the New Sociology of Education: A Critical Analysis (2001) maka penggunaan metode PBL menjadi salah satu cara untuk memacu siswa berpartisipasi secara aktif karena guru tidak hanya memberikan materi pelajaran kepada siswa tetapi juga mendidik siswanya agar memiliki keterampilan, memahami nilai, norma, serta prinsip-prinsip pengalaman hidup dengan melatih kemampuan dan keberanian siswa dalam mengemukakan suatu gagasan mengenai suatu permasalahan.
Kesimpulan