Lihat ke Halaman Asli

Putri Nurwita Sari

Universitas Negeri Jakarta

Fenomena Pembelajaran Jarak Jauh dalam Kacamata Emile Durkheim

Diperbarui: 27 Desember 2021   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Putri Nurwita Sari (1405620073)

Prodi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta

putrinurwitasari18@gmail.com

 

Pendahuluan

Sejak pandemi COVID-19 mulai diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada Maret lalu terdapat dua warga negara yang terinfeksi virus tersebut. Dengan angka kasus COVID-19 yang semakin meningkat di Indonesia, meengharuskan negara Indonesia Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau yang sekarang disebut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Penerapan kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut berdampak pula pada bidang pendidikan. Virus COVID-19 yang merebak ke seluruh wilayah Indonesia ini mengharuskan kegiatan pembelajaran di sekolah terpaksa berubah menjadi kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kegiatan pembelajaran yang berubah dari luring (offline) menjadi daring (online) ini memaksa guru dan siswa melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang terjadi saat ini.

Penerapan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini tentunya memiliki banyak rintangan. Pemaksaan sistem pendidikan secara darurat ini membuat para guru dan siswa merasa kebingungan. Bagaimana tidak? Guru dan siswa dipaksa untuk beradaptasi dengan metode-metode pembelajaran secara online. Tentunya ini sangat membuat guru dan siswa resah karena minimnya pengetahuan dan penggunaan teknologi. Kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini juga dianggap kurang ideal, karena di dalam pelaksanaanya berbagai kendala lain masih ditemukan seperti keterbatasan perangkat, keterbatasan kuota internet, maupun keterbatasan jaringan listrik di daerah-daerah tertentu. Sehingga, pemerintah pun dianggap kurang siap dalam menciptakan sistem kurikulum di masa pandemi COVID-19 ini. Melalui semua permasalahan di atas, disini penulis akan menganalisis fenomena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui kacamata Emile Durkheim.

Analisis Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)  Menurut Emile Durkheim

Ancaman virus COVID-19 masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, datangnya varian virus baru seperti omicron harus membuat masyarakat Indonesia lebih waspada. Sejauh ini, kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih diberlakukan hampir seluruh sekolah di Indonesia. Para guru dipaksa untuk mengeluarkan ide, kreatifitas, dan efektivitasnya dalam keberhasilan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Perubahan kurikulum yang terjadi memaksa guru untuk melakukan rancangan, meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang cocok untuk diterapkan dalam masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini. Kunci sukses seorang guru dimasa perubahan kondisi pembelajaran saat ini yaitu kemampuan dirinya untuk bisa memotivasi para siswa agar tetap semangat dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini. Guru harus bisa mendorong siswa agar tidak memandang pandemi COVID-19 ini menjadi sebuah beban psikisnya. Sehingga para guru di Indonesia berusaha untuk menciptakan tujuan bersama yakni keberhasilan dalam proses pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Dalam pandangan Durkheim menjelaskan pada analisis makronya dengan berorientasi kepada integrasi sosial untuk menciptakan keteraturan sosial ini berimplikasi pada pembahasan fenomena sosial lainnya. Fenomena perubahan sosial ini ditujukan sebagai kejadian yang berlangsung di masyarakat juga dilihatnya sebagai bagian dari proses integrasi sosial dalam tatanan sistem sosial yang baru (Dian Rinanta Sari & Achmad Siswanto, 2021). Dalam analisa Durkheim pada pandangan perubahan sosial tersebut memiliki relevansi pada Pembelajaran Jarak Jauh ini. Kegiatan pembelajaran tersebut sebagai bentuk perubahan sosial yang terjadi akibat adanya pandemi COVID-19. Kondisi sosial dan kegiatan PJJ ini dianggap sebagai perubahan tatanan sistem sosial baru. Perubahan kegiatan dari luring menjadi daring ini yang mengharuskan kita sebagai masyarakat untuk bisa melakukan penyesuaian agar bisa bertahan di tengah situasi seperti ini. Perubahan sosial yang terjadi bukanlah sebuah gejala disintegrasi masyarakat. Menurut Durkheim, konteks perubahan sosial tersebut dapat di kontekstualisasikan ke dalam tipologi solidaritas mekanik menuju solidaritas organik (Dian Rinanta Sari & Achmad Siswanto, 2021).

Pandemi COVID-19 bukan menjadi penghalang bagi keberlangsungan pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia harus berjuang dalam menghadapi pandemi ini melalui proses-proses pembelajaran yang lebih adaptif juga kreatif. Pemerintah harus ikut andil dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini. Pemerintah harus membantu seluruh guru dan siswa agar dapat merasakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini lebih efektif, terlebih pada daerah-daerah terpencil. Pemerintah, para guru, siswa, serta orang-orang yang berperan dalam pendidikan harus melakukan support satu sama lain agar mencapai tujuan yang diinginkan dalam PJJ ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline