Lihat ke Halaman Asli

Pengembangan Kurikulum Merdeka dalam Membentuk Generasi Unggul

Diperbarui: 5 Desember 2023   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program ini dapat dianggap sebagai “mata rantai” penting dalam proses pendidikan. Dengan kurikulum yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kita berharap mampu melahirkan generasi yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan zaman. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pengembangan kurikulum masih menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia.

Seiring dengan semakin membaranya semangat kemerdekaan Indonesia, muncullah “Kurikulum Merdeka” sebagai sebuah konsep baru untuk mewujudkan pendidikan yang lebih maju dan disesuaikan dengan kebutuhan bangsa. Program studi mandiri merupakan konsep pendidikan baru yang bertujuan untuk melahirkan generasi mandiri, kreatif dan inovatif. Konsep ini juga dikenal sebagai “kurikulum berbasis kompetensi,” yang berfokus pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk memenuhi tuntutan masa depan.

Merdeka Belajar adalah program berpikir yang mampu memahami mata pelajaran atau ilmu pengetahuan, mengedepankan nilai-nilai kepribadian dan mengedepankan kebebasan berpikir dalam pendidikan nasional. Menurut Kemendikbud, kebebasan akademik memberikan kebebasan dan otonomi pada lembaga pendidikan serta membebaskan dari birokrasi, guru terbebas dari birokrasi yang rumit dan siswa bebas memilih bidang yang disukainya (Tinggi, 2020). Pandangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang kemerdekaan belajar dapat dipahami sebagai penerapan suatu program dalam proses pembelajaran yang memerlukan kesenangan dengan mengembangkan pemikiran inovatif dan kreatif guru. Hal ini dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran (Saleh, 2020: 51-56).

Dengan belajar mandiri diharapkan siswa mempunyai pembelajaran yang lebih leluasa dan kemampuan untuk berkembang sesuai minat dan bakatnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mempunyai kebebasan dalam menentukan arah masa depannya. Selain itu, tujuan lain dari program studi mandiri adalah membantu siswa memperoleh keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Salah satu hal yang paling mencolok dari program Merdeka adalah pengembangan programnya yang bersifat lokal dan kontekstual. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensi dan bakatnya secara lebih luas, berdasarkan kebutuhan lokal dan potensi daerah masing-masing. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menerapkan ilmu yang diperoleh lebih relevan dengan kenyataan di sekitarnya.

Selain itu, program Merdeka juga menekankan pembelajaran yang berorientasi pada hasil (outcome-based learning). Artinya proses pembelajaran hendaknya lebih fokus pada hasil yang ingin dicapai siswa dan tidak hanya sekedar penguasaan materi saja. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat mengembangkan karakter, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks.

Pengembangan kurikulum mandiri juga tidak terlepas dari penerapan teknologi dalam proses pembelajaran. Berkat teknologi, proses pembelajaran dapat dilakukan secara lebih interaktif, kreatif dan efektif. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan sebagai alat untuk membantu siswa mengakses informasi dan pengetahuan yang lebih luas.

Namun pengembangan kurikulum mandiri juga menghadapi banyak tantangan dan kritik. Masyarakat sering mengkritik kurangnya persiapan dan pelatihan guru untuk melaksanakan program ini. Solusinya, pemerintah harus memperhatikan penyiapan guru dan pelatihan yang memadai agar mereka lebih siap dan bisa melaksanakan program Merdeka dengan baik. Program tersebut mendorong pengembangan kepribadian melalui proyek-proyek yang meningkatkan citra pelajar Pancasila, menciptakan peluang bagi pelajar. Profil pelajar Pancasila terbagi menjadi keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keberagaman global, gotong royong, kemandirian, penalaran kritis, dan kreativitas. Komponen kunci kemandirian mencakup kesadaran akan diri sendiri dan situasi saat ini serta kemampuan mengatur diri.

1. Memahami diri sendiri dan situasi yang dihadapi

Pelajar mandiri Pancasila selalu memikirkan keadaan dan situasi yang dihadapinya, hal ini membantu mereka menetapkan tujuan pengembangan pribadi yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapinya, memilih strategi yang tepat dan mengantisipasi akibat serta tantangan dan hambatan yang mungkin timbul.

2. Pengaturan Diri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline