Lihat ke Halaman Asli

PUTRI NURIKA

Mahasiswa

Dosen dan Mahasiswa FIK Universitas Negeri Malang Teliti Stunting di Desa Senggreng Kabupaten Malang

Diperbarui: 16 November 2023   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaksanaan kegiatan oleh Tim Peneliti dengan Kepala Desa Senggreng serta jajaran Pemerintah Desa Senggreng Kabupaten Malang/dokpri

MALANG---Stunting merupakan permasalahan kesehatan global dan menjadi isu prioritas nasional. Hasil Riskesdas Indonesia tahun 2018 menunjukkan kejadian stunting masih mencapai nilai 30,85%. Data SSGI tahun 2022 prevalensi stunting di Jawa timur adalah 19,2%. Target prevalensi stunting 2022 di Jawa Timur adalah sebesar 18,4%, sementara prevalensi stunting di Kabupaten Malang masih sebesar 23% sehingga belum memenuhi target yang ditetapkan.

Demikian ungkap Zumroh Hasanah dan tim, mengutip data laporan dari Kemenkes RI 2018 dan Kadinkes Provinsi Jawa Timur tahun 2023, dalam penelitian berjudul 'Efektifitas Pendampingan Pola Makan dan Pola Asuh Pada Balita Stunting Di Desa Senggreng Kabupaten Malang'.

Kegiatan ini dimulai sejak bulan Juni 2023 dan dilakukan oleh Zumroh Hasanah, S.Keb., Bd., M.Kes, Alifia Candra P. , S.Keb., Bd., M.Kes, dan Dessy Amelia., S.Keb., Bd., M.Kes., Dosen FIK Universitas Negeri Malang yang juga Penerima Hibah PPM Sumber Dana Non APBN Universitas Negeri Malang Tahun 2023. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui efektifitas pendampingan pola makan dan pola asuh melalui pemberdayaan kader terhadap kejadian stunting pada anak berisiko stunting usia 6-24 bulan di Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Bersama mahasiswanya, yakni Dinda Farida Putri Bahari, Mazroatul Khoiro Ummah, dan Ghoffar Robby Oktaviano, melaporkan fakta yang menyebutkan bahwa prevalensi stunting di Desa Senggreng sejumlah 36 Balita di tahun lalu.

Untuk penyebab terjadinya stunting di Desa Senggreng berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Desa, menurut Zumroh Hasanah., yang merupakan ketua tim penelitian ini, diantaranya adalah pola asuh dan pola makan balita yang kurang baik.

"Pola asuh balita dari orang tua sangat menentukan kesehatan, utamanya berkaitan dengan pemenuhan gizinya. Pola asuh yang kurang baik menyebabkan pola makan yang tidak memenuhi gizi seimbang." ungkapnya.

Selain untuk membantu penurunan stunting dengan intervensi dari hasil penelitian ini, lanjutnya, juga untuk mengetahui efektivitas pendampingan pola makan dan pola asuh melalui pemberdayaan kader terhadap kejadian stunting pada anak berisiko stunting usia 6-24 bulan.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya, pendampingan gizi pada penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dengan intervensi gizi spesifik melalui peningkatan kapasitas dan pendampingan kader.  

Kegiatan penyuluhan dan demonstrasi pada kader "Pemburu Stunting" Desa Senggreng/dokpri

"Peningkatan kapasitas kader kami lakukan melalui kegiatan penyuluhan dan demonstrasi mengenai pola asuh dan pola makan yang dikemas dalam 16 materi dengan harapan melalui  pendampingan gizi yang dilakukan oleh kader sebagai kegiatan lanjutan, maka ibu yang memiliki anak stunting maupun berisiko stunting mampu melakukan pengasuhan yang baik untuk pemulihan status gizi anak." terangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline