Di era digital, media sosial telah menjadi tempat bagi banyak orang untuk berbagi cerita dan pengalaman. Namun, oversharing, atau membagikan informasi pribadi secara berlebihan, kini menjadi perhatian. Dari lokasi terkini hingga detail kehidupan pribadi, batas antara privasi dan kebutuhan untuk tampil online semakin tipis. Lalu, apakah oversharing adalah bentuk ekspresi diri, atau sekadar memenuhi tuntutan konten?
Oversharing adalah sebutan yang diberikan terkait TMI (too much information) atau dalam bahasa Indonesia berarti mengungkapkan sesuatu informasi terlalu banyak atau secara berlebihan. Pengungkapan informasi ini dapat dipaparkan secara sukarela ataupun tidak. Oversharing juga bisa diartikan sebagai pengungkapan informasi secara berlebihan atau tidak sesuai dengan konteks tertentu.
Fenomena oversharing tidak lepas dari berbagai faktor yang mendorong orang untuk terus membagikan detail kehidupannya. Salah satunya adalah kebutuhan akan validasi dan perhatian dari lingkungan digital. Ketika unggahan mendapatkan banyak "like" atau komentar, hal ini sering kali memberikan rasa puas dan dihargai. Selain itu, dorongan untuk merasa terhubung dengan orang lain juga menjadi alasan mengapa banyak orang rela mengorbankan privasinya. Sayangnya, di balik kemudahan berbagi, banyak yang lupa mempertimbangkan risiko dan dampak jangka panjang dari oversharing, terutama terkait keamanan dan privasi data pribadi.
Melihat banyaknya dampak oversharing terhadap kesejahteraan psikologis, berikut adalah tips untuk mengatasi oversharing menurut Dr. Robby Firmansyah Murzen dalam artikel Alodokter :
- Pertimbangkan Sebelum Membagikan
Sebelum memposting sesuatu, pikirkan dengan matang apakah informasi tersebut layak untuk dibagikan. Hindari membahas hal-hal pribadi seperti masalah keuangan, hubungan, keluarga, atau konten yang berbau kebencian dan diskriminasi di media sosial.
Pikirkan juga dampak dari unggahan tersebut terhadap reputasi Anda atau hubungan dengan orang lain. Dengan menyadari potensi konsekuensinya, Anda akan lebih bijak sebelum membagikan informasi.
- Fokus pada Konten Positif dan Bermanfaat
Daripada membagikan hal-hal pribadi, gunakan media sosial untuk menyebarkan hal-hal yang positif dan produktif. Misalnya, bagikan minat atau hobi seperti membaca buku, memasak, berkebun, atau berolahraga. Hal ini tidak hanya melindungi privasi Anda, tetapi juga bisa menginspirasi orang lain untuk mencoba kegiatan serupa.
- Pilih Orang yang Tepat untuk Berbagi
Jika Anda merasa butuh bercerita, carilah orang yang bisa dipercaya, seperti pasangan, sahabat, atau anggota keluarga dekat. Hindari menjadikan media sosial sebagai tempat curhat, karena risiko penyalahgunaan informasi pribadi lebih besar. Dengan berbagi kepada orang yang tepat, Anda akan merasa lebih nyaman dan aman.
- Cari Cara Lain untuk Mengekspresikan Emosi
Selain berbagi cerita kepada orang terdekat, cobalah mengekspresikan emosi Anda melalui cara lain, seperti menulis jurnal atau melakukan aktivitas yang menyenangkan. Ini dapat membantu mengalihkan perhatian dan meredakan stres tanpa harus membuka diri di media sosial. Melampiaskan emosi dengan cara yang sehat dapat membantu mengurangi kebiasaan oversharing sekaligus menjaga keseimbangan emosional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI