Lihat ke Halaman Asli

Putri Nanda Alifia Rizki

Mahasiswa Aktif Program Studi Kimia Universitas Airlangga

Generasi Pasca Pandemi Alami Minim Literasi

Diperbarui: 26 Mei 2023   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tiga tahun telah berlalu sejak merebaknya virus COVID-19 untuk pertama kalinya di Indonesia. Kini, segalanya berangsur membaik. Perekonomian, lingkungan, pariwisata, hingga pendidikan mulai berada pada jalur perkembangannya masing-masing. 

Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk merubah kebiasaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, termasuk remaja. Selama pandemi berlangsung, banyak remaja yang menghabiskan waktu di dalam rumah sehingga mereka terbiasa untuk melakukan segala sesuatu yang instan dan berdampak pada menurunnya kemauan untuk melakukan beberapa hal penting, salah satunya adalah literasi.

Menurut data dari UNESCO, minat baca remaja di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, hanya mencapai 0,001%. Artinya, hanya ada 1 dari 1000 remaja yang memiliki minat untuk membaca. Hal ini didukung dengan berkembangnya media sosial selama pandemi berlangsung. 

Banyak remaja yang senang mengomentari postingan yang ada, namun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Remaja lebih memilih untuk membalas argumen orang lain dibandingkan membaca dengan seksama apa yang sedang terjadi di dunia maya. 

Selain itu, minimnya literasi juga dapat dibuktikan dengan adanya beberapa berita hoaks yang tersebar di dunia maya dan pelaku penyebaran merupakan 80% remaja. Menanggapi hal tersebut, pemerintah mulai gencar melakukan berbagai macam kampanye guna meningkatkan minat literasi tersebut.

Rendahnya minat baca remaja di Indonesia diakibatkan oleh kebiasaan yang mereka jalani semasa pandemi. Tak hanya itu, kebiasaan tersebut didukung oleh perkembangan zaman yang mana tidak dapat dipungkiri lagi akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. 

Beberapa instansi, sekolah, hingga perguruan tinggi mulai membuat gagasan dan inovasi untuk dapat menghadapi hal ini. Salah satu contohnya yakni melakukan giat membaca, membangun perpustakaan, dan mendesain ruang baca menjadi lebih menarik sehingga dapat meningkatkan keingintahuan para remaja yang mana haus akan rasa penasaran. Langkah-langkah ini sudah tepat dilakukan namun masih perlu ditingkatkan, sehingga angka minat baca remaja dapat kembali meningkat guna mendukung terciptanya sumber daya manusia yang baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline