Lihat ke Halaman Asli

Putri Nada Aprilia

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia

Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak

Diperbarui: 23 Oktober 2024   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana anak dapat tumbuh ketika salah satu figur terpenting dalam hidup anak tidak hadir? Apa yang akan terjadi pada perkembangan sosial dan emosional mereka? Ketiadaan peran ayah (fatherless) memiliki dampak negatif terhadap perkembangan sosial emosional anak, terutama dalam kemampuan berinteraksi, membangun suatu hubungan, dan mengelola emosi. 

Ketiadaan peran atau figur ayah dalam kehidupan anak bisa terjadi secara fisik maupun psikologis, misalnya akibat perceraian atau ketidakhadiran emosional. Beberapa tahun terakhir, isu fatherless menjadi perbincangan hangat di berbagai negara, termasuk Indonesia. 

Banyak anak kehilangan peran ayah dalam kehidupan mereka, menjadikan Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan jumlah anak fatherless tertinggi di dunia. Peran ayah sangat penting, bukan hanya sebagai penyedia kebutuhan materi, tetapi juga sebagai pemberi rasa aman bagi anak-anaknya. Ayah seharusnya terlibat dalam pengasuhan agar perkembangan sosial emosional anak dapat tumbuh secara optimal.

Anak yang tumbuh tanpa peran ayah sering kali menghadapi hambatan dalam perkembangan sosialnya. Ketika ayah tidak hadir, maka anak cenderung sulit untuk beradaptasi dengan dunia luar. Hal ini terjadi karena tidak adanya keterlibatan ayah dalam proses tersebut sehingga membuat anak tidak mempunyai gambaran tentang bagaimana melihat dan menghadapi dunia mereka.

 Tanpa bimbingan dari seorang ayah, maka anak lebih beresiko untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, dan menjadi pasif saat berinteraksi dengan teman-temannya.

Ketiadaan peran ayah juga berdampak pada perkembangan emosional anak. Anak menjadi lebih rentan mengalami masalah seperti kesepian, kecemburuan, perasaan kehilangan, rendahnya kontrol diri, kecemasan, dan kurangnya percaya diri. 

Bahkan, dalam kondisi yang lebih parah, anak dapat memiliki perasaan rendah diri karena merasa berbeda dengan teman-temannya yang tumbuh bersama sosok ayah. Tanpa dukungan emosional dari ayah, anak akan kesulitan dalam mengenali dan mengekspresikan perasaan mereka ketika menghadapi permasalah emosionalnya.

Meskipun kondisi fatherless memiliki dampak yang buruk pada perkembangan sosial emosional anak, ada beberapa faktor yang dapat membantu anak mengatasinya. Peran ibu yang sangat penting perlu dioptimalkan agar anak tidak merasa sendirian. 

Ibu bisa menjadi tempat curahan hati teraman bagi anak, dengan kasih sayang yang diberikan seorang ibu dapat membantu membentuk fondasi yang kuat bagi perkembangan sosial emosional anak.

 Selain itu, dukungan dari anggota keluarga lain, seperti kakek atau paman dapat berperan sebagai figur pengganti ayah, meskipun tidak sepenuhnya dapat menggantikan peran ayah, setidaknya anak memiliki seseorang yang bisa melindunginya dan menjadi teladan yang baik.

Ketiadaan peran ayah memang memiliki pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan sosial emosional anak. Namun, dampak ini dapat diminimalisir dengan dukungan yang tepat dari keluarga dan lingkungan. Penting untuk memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anak fatherless supaya mereka bisa mendapatkan bantuan yang cukup dalam menghadapi tantangan perkembangan mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline