Lihat ke Halaman Asli

Gempa Bantul 2006 dengan Hikmahnya

Diperbarui: 2 Januari 2016   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Musibah Gempa Bumu di Bantul Mei 2006. Yang terjadi sekitar setengah enam pagi menjadikan warga panik. Gempa yang terjadi di pagi hari ini, kebanyakan orang masih dalam aktivitas paginya. Namun tak jarang yang masih tidur.

Saat gempa terjadi aku baru ingin melaksanakan sholat subuh. Ow ya saat musibah gempa ini terjadi aku baru duduk di bangku sekolah dasar yang pada saat itu kelas 3. Dan kebetulan pada waktu musibah ini menimpa sekolah dalam waktu dekat akan melaksanakan ujian sekolah. Namun karena musibah ini ujian mengalami kendala sehingga untuk pelaksanaannya ditunda. Dan di daerah saya di Kecamatan Pundong termasuk pusat dari musibah gempa ini.

Semua orang berlari tanpa mempedulikan orang lain, karena mereka ingin menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka berlari dengan keadaaan mereka yang tak disadari, ada yang masih memakai mukena karena sedang sholat dan ada yang tidak memakai pakaian karena sedang mandi.

Semua orang berkumpul ditempat aman, yang tidak ada bangunan dan mencoba menenangkan diri karena kejadian ini.

Saat orang sedang berlindung dan masih mengatasi kecemasan tiba-tiba ada seseorang yang mengabarkan adanya isu sunami, semua orang berlarian ingin menyrlamatkan diri. Kamai berlari ke tempat yang lebih tinggi yaitu ke bukit, karena desa mereka dekat dengan bukit atau pegunungan.

Mereka berlari dengan membawa keluarga mereka yang terluka, maupun yang meninggal, dengan perasaan yang kacau balau dan juga merasa sedih.

Di bukit, mereka mencoba mencari makanan yang bisa dimakan. Kemudian mereka mencabut singkong yang ada di kebun kemudian membakarnya yang kemudian dijadikan sebagai pengganjal perut yang kosong.

Setelah gempa dirasa sudah tidak ada, mereka mencoba mengurus keluarga mereka yang terluka maupun yang meninggal untuk dikuburkan dan yang terluka dibawa ke rumah sakit.

Dalam prosesi pemakaman warga yang meninggal dimakamkan dengan peraalatan yang seadanya dan tidak semua mayat dimakamkan memakai kain kafan. Proses penggalian mengalami berbagai kendala karena saat menggali kuburan ada saat-saat terjadi gempa susulan. Saat gempa susulan datang penggali naik pemukaan, setelah gempa sudah reda kembali turun untuk menggali. Dan itu terjadi berulang kali , tidak hanya satu dua kali. Ini cerita aku dapatkan dari bapakku yang juga ikut membantu proses pemakaman korban gempa.

Tiga hari tiga malam semua orang menunggu bantuan dengan membuat tenda sederhana. Saat hujan datang, tidak hanya badan namun juga barang-barang yang kami bawa dari rumah yang hancur yang masih bisa digunakan pun ikut kena air hujan.

Karena isu-isu tsunami sudah tidak ada, warga turun mengambil barang-barang kami yang masih bisa digunakan. Kemudian bantuan datang kami pun berebut untuk mendapatkanya, dengan berdesakan di poosko bantuan ada juga yang sampai jatuh dan pingsan saat mengambil bantuan yang diberikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline