Lihat ke Halaman Asli

Qatar Tolak "One Love" di Ajang FIFA World Cup 2022

Diperbarui: 2 Januari 2023   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ban One Love. Sumber : waspada.co.id

Piala Dunia adalah ajang kompetisi olahraga sepak bola yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali diberbagai negara. Piala Dunia merupakan salah satu ajang olahraga bergengsi dan sangat dinanti-nantikan oleh para pecinta sepak bola. Piala Dunia biasanya disambut dengan meriah, terutama oleh negara yang dipilih menjadi tuan rumah setiap empat tahun sekali.

Kini, ditahun 2022 liga olahraga terbesar itu juga kembali digelar di Qatar, Uni Emirat Arab. Acara ini berlangsung pada 20 November - 18 Desember 2022 dan diikuti perwakilan dari 32 negara yang terbagi dalam 8 grup.

Ajang kompetisi sepak bola yang diselenggarakan di Qatar ini menjadi sorotan public karena adanya multikulturalisme. Hal ini mengacu pada visi masyarakat yang berusaha menerobos ikatan-ikatan kultural dan membuka peluang bagi para individu yang kini tidak terkait pada budaya khusus, secara bebas bergiat dalam eksperimen-eksperimen antarkultur dan mengembangkan satu budaya milik mereka sendiri.

Qatar merupakan negara muslim pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Untuk menyebarkan kesadaran islam dikalangan penonton pada acara olahraga internasional, Qatar telah memulai program baru. Aljazeera melaporkan bahwa kode QR baru yang memberikan informasi kepada wisatawan dalam semua bahasa tentang islam dan budaya Qatar telah diperkenalkan ke kamar hotel di Qatar.

Sebuah halaman milik Kementerian Awqaf Qatar dapat diakses dengan menggunakan "barcode." Tinjauan islam dalam beberapa bahasa dapat ditemukan dihalaman arahan. Pusat Kebudayaan Islam Abdullah bin Zaid Al Mahmoud, mitra Kementerian Awqaf dan Urusan Islam Qatar, yang memulai program tersebut, juga diwakili oleh logonya pada kode tersebut.

Sebelumnya, beberapa negara menentang Qatar menjadi tuan rumah penyelenggara. Ada demonstrasi menentang peraturan kerajaan. Kerajaan menolak promosi kemitraan "One Love" karena Qatar adalah negara muslim. Akibatnya, hal itu dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Kerajaan juga melarang minuman keras dan wanita berpenampilan terbuka saat menonton pertandingan.

Tuan rumah Qatar mendapat kecaman karena penanganannya terhadap pekerja migran dan penolakan terhadap orang-orang LGBT. Mendorong beberapa pemain untuk berpartisipasi dalam protes tanpa kekerasan selama putaran final Piala Dunia. Dimulai sejak 20 November 2022. Harry Kane dari Inggris akan mengenakan ban kapten "One Love" bersama dengan kapten dari Sembilan timnas Eropa lainnya untuk menunjukkan dukungan bagi orang-orang LGBT dan kebebasan. Hal ini bertentangan dengan budaya tuan rumah penyelenggara.

Dari beberapa timnas yang awalnya berniat menggunakan ban kapten yang bertuliskan "One Love" seperti Jerman, Denmark, Inggris, dan Wales. Aksi protes juga dilakukan dari timnas Denmark yang akan menggunakan kaos yang tidak mencolok. Disampaikan Hummel selaku penyedia kaos timnas Denmark bahwa penggunaan kaos tidak mencolok sebagai aksi memprotes Qatar yang diklaim "telah menelan ribuan nyawa untuk pengadaannya".  Kemudian timnas Australia yang membuat video untuk mendesak Qatar menghapus Undang-Undang larangan sesama jenis.

Dalam argumen ini, tidak ada jawaban benar atau salah. Masing-masing memiliki dasar yang berbeda. Aturan yang ditetapkan oleh Kerajaan Qatar harus dipatuhi karena mencerminkan budaya dan kepercayaan agama Timur Tengah. Hal yang sama berlaku untuk pemain internasional berbagai budaya dan latar belakang pandangannya. Mereka butuh dihargai dan diterima baik.
Slogan Piala Dunia, "Multikulturalisme, Keanekaragaman, dan Perdamaian," kemudian dibuat oleh FIFA. Mereka memilih penyanyi Qatar Fahad Al Kubaisi untuk berduet di soundtrack Piala Dunia dengan anggota BTS Jeon Jungkook. Lagu ini memiliki lirik campuran bahasa inggris dan bahasa arab dan duet ini dipoles untuk upacara pembukaan Piala Dunia di Qatar.

FIFA bertujuan untuk menghormati semua sudut pandang dan keyakinan agama. Tidak ada yang "lebih baik" dari yang lain dalam hal orang, budaya atau negara. Landasan non-diskriminasi dan saling menghormati adalah gagasan ini. Biarkan sepak bola yang menjadi pusat perhatian. Sambutlah semua orang tanpa memandang latar belakang, asal, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan kebangsaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline