Lihat ke Halaman Asli

Putri Mauliza

KPM IAIN Langsa

Tradisi Teot Apam Menyambut Bulan Rajab, Santri DDA Moderasi Agama

Diperbarui: 29 Maret 2021   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pada bulan Rajab ( Bulan pada tahun Hijriah ), Masyarakat Aceh punya kebiasaan unik yaitu memasak Apam. Apam adalah makanan Khas Masyarakat Aceh, yang di buat dengan tepung dengan cara di masak dengan wajan yang terbuat dari tanah. Apam di makan dengan menggunakan kuah yang di buat Khusus.

Apam adalah makanan tradisional Aceh yang biasa dibuat khusus di bulan Rajab untuk memperingati Isra' Mi'raj. Tak mengherankan lagi jika bulan Rajab indentik dengan bulan tt apam di pelosok gampong Aceh. Apam terbuat dari campuran tepung beras, santan, air kelapa, air putih, garam, dan gula pasir. Bahan-bahan seperti tepung, gula, dan garam diaduk dalam keadaan kering, setelah itu baru dicampur dengan santan dan air putih secukupnya hingga membentuk adonan yang siap dicetak. Garam berfungsi agar apam tidak lengket di cetakan yang biasanya terbuat dari pinggan tanah.

Langkah selanjutnya menuangkan adonan ke cetakan atau ceureulop yang sudah dipanaskan di atas tungku. Lebih baik kalau tungkunya berbahan kayu bakar karena akan menghasilkan adonan yang harum. Kira-kira lima menit kemudian adonan apam akan matang dan siap dihidangkan. Sebelum menuang adonan ke ceureulop, terlebih dahulu menaburkan garam secukupnya dan diratakan dengan sabut kelapa. Begitu seterusnya hingga adonan selesai dibakar.

Apam bisa dinikmati begitu saja, tetapi kalau ingin merasakan sajian yang lebih nikmat bisa dihidangkan dengan kuah tuhe atau parutan kelapa. Kuah tuhe adalah santan yang dimasak dengan tambahan nangka atau cempedak dan pisang, dengan tambahan gula secukupnya.

Salah satu warga Abdya yang saya temui pekan lalu, Rosmiati, mengatakan khanduri apam ini sudah dilakukan secara turun-temurun di Aceh. Kondisi itu tetap berlangsung meskipun saat ini sedang di tengah kondisi pandemi Covid-19. Rosmiati bercerita, orang tuanya sudah mengenalkan aktivitas tt apam ini sejak ia masih belia.

Diceritakan  kenduri ini bermula dari seorang sufi yang bernama Abdullah Rajab yang hidup sangat miskin di Mekkah sana. Saat beliau meninggal dunia, keluarganya tidak mampu membuat kenduri atau mengelar acara seperti lazimnya yang dilakukan masyarakat di sana. Lantas keluarganya berinisiatif untuk membuat apam karena tidak memerlukan banyak bahan dan mudah dalam proses pembuatannya. Dari sanalah kemudian kenduri apam saban tahun mulai digelar saat bulan Rajab atau buleuen Apam dalam istilah bahasa Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline