Lihat ke Halaman Asli

Putri Maharani Satriana

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Imam Khomeini: Pendiri Rovolusi Islam Iran

Diperbarui: 15 Juni 2023   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ruhullah Al-Masawi Al-Khomeini atau singkatnya di kenal sebagai Imam Khomeini beliau lahir pada 24 Oktober 1902 M atau 20 Jumadil akhir 1320 di dusun kecil di Iran Tengah. Imam Khomeini adalah keturunan Nabi Saw dari garis keturunan Imam ketujuh Syiah, Musa Al-Kazhim. Mereka berasal dari Neysabur di Iran Timur Laut. Pada awal abad ke-18, kelurga itu berigrasi ke India dan bermukim di kota kecil Kintur di dekat Lucknow di kerajaan Oudh. Kakek Imam Khomeini adalah Ahmad Musawi Hindi, keluarga kakeknya adalah keluarga ulama terkemuka yang menjadi kebanggaan Syiah India.

Revolusi Islam Iran, juga dikenal sebagai Revolusi 1979 atau Revolusi Khomeini, adalah peristiwa penting dalam sejarah modern Iran yang terjadi pada tahun 1979. Revolusi ini menggulingkan pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi dan mendirikan Republik Islam Iran yang dipimpin oleh pemimpin spiritual dan politik, Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Pada awalnya, Iran adalah sebuah monarki yang diperintah oleh dinasti Pahlavi di bawah kepemimpinan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Shah dikenal karena kebijakan modernisasi yang agresif dan otoriter. Namun, kebijakan-kebijakan ini juga memicu ketidakpuasan dan protes di kalangan berbagai kelompok masyarakat, termasuk para ulama, mahasiswa, dan kelompok-kelompok sosial yang merasa terpinggirkan. Pada tahun 1978, demonstrasi-demonstrasi besar melawan pemerintah Pahlavi mulai pecah di seluruh Iran. Protes-protes tersebut terjadi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari mahasiswa hingga pekerja dan petani. Para pemimpin protes menuntut reformasi politik, kebebasan berbicara, dan peningkatan kondisi sosial dan ekonomi.

Dalam suasana ketidak stabilan politik tersebut, pemimpin spiritual dan ulama Syiah, Ayatollah Ruhollah Khomeini, yang telah diasingkan oleh pemerintah Shah sejak tahun 1964, memainkan peran penting dalam memobilisasi dan mengoordinasikan gerakan protes tersebut. Melalui pengaruhnya yang besar di kalangan umat Muslim dan ceramah-ceramahnya yang disiarkan secara luas, Khomeini berhasil menjadi figur sentral dalam perlawanan terhadap rezim Pahlavi.Protes-protes yang semakin meningkat akhirnya membuat Shah Pahlavi meninggalkan Iran pada Januari 1979. Khomeini kembali ke Iran setelah pengasingannya dan diterima dengan antusiasme besar oleh jutaan rakyat yang memenuhi jalan-jalan di seluruh negeri. Setelah kembalinya, Khomeini menyatakan niatnya untuk mendirikan Republik Islam di Iran dan memulai proses pembentukan pemerintahan yang baru.

Pada bulan April 1979, melalui referendum nasional, mayoritas rakyat Iran menyetujui pendirian Republik Islam. Khomeini menjadi Pemimpin Tertinggi Iran dan negara tersebut diubah menjadi sistem politik yang berlandaskan ajaran Islam. Pemerintahan baru ini mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, termasuk nasionalisasi industri, perubahan hukum yang lebih konservatif, dan penekanan pada keadilan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline