Tak terasa sudah setahun lebih virus Covid-19 melanda Indonesia dan tak terasa pula para pelajar menuntut ilmu serta berorganisasi secara daring. Sepertinya keadaan ini membuat kita semakin bersahabat dengan teknologi komunikasi dan informasi. Menjadi arus utama dalam melakukan kegiatan, saya rasa teknologi komunikasi dan informasi telah masuk ke dalam kebutuhan pokok bagi para pelajar. Hal ini tentu saja membawa dampak bagi seluruh instalasi pendidikan termasuk Keluarga Besar Mahasiswa Dayak Atma Jaya atau KBMDA yang berada di bawah naungan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
KBMDA merupakan sebuah komunitas budaya yang menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk mengenal dan melestarikan budaya Dayak di kota Yogyakarta. Ketika pertama kali metode pembelajaran daring diterapkan oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta, program kerja yang akan dilakukan oleh KBMDA sempat berhenti. Hal ini terjadi karena belum adanya persiapan dari setiap anggota untuk menjalankan program kerja yang telah disusun sebelumnya secara daring, mengingat sebagian besar program kerja hanya bisa dilakukan dengan metode laring. Seperti pada divisi seni budaya telah merancang kegiatan untuk berpartisipasi dalam memeriahkan seminar/lomba yang ada di UAJY dengan menampilkan tarian serta musik tradisional. Tetapi karena UAJY memberlakukan metode daring dalam seluruh kegiatan mahasiswa maka kegiatan dari divisi seni budaya tidak dapat dilakukan.
Setelah rehat beberapa bulan, di awal tahun 2021 para anggota KBMDA kembali menjalankan program kerja yang telah menyesuaikan situasi dan keadaan pandemi Covid-19. Kegiatan pertama yang mereka lakukan adalah pergantian pengurus untuk periode 2020/2021. Ada beberapa rangkaian yang diadakan pada program pergantian pengurus ini yaitu debat daring oleh calon ketua dan wakil ketua, pengumpulan suara melalui google form, pengumuman ketua dan wakil ketua, pendaftaran daring untuk anggota KBMDA serta pengumuman anggota baru. Semua rangkaian pada program pergantian pengurus dilakukan secara daring dengan memanfaatkan teknologi komunikasi yang ada. Berbagai kendala seperti masalah jaringan, kepasifan para anggota dialami oleh KBMDA.
Setelah dibentuknya kepengurusan baru, KBMDA pun mulai merancang kembali program kerja yang akan dilakukan selama satu periode ini. Media sosial akan menjadi arus utama mereka dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya Dayak dan sepertinya khalayak mereka tidak lagi berpusat di Kota Yogyakarta saja. Media sosial yang akan digunakan adalah Youtube, Instagram dan Facebook. Menggunakan media sosial sebagai arus utama menuntut para anggota harus lebih kreatif dalam mengemas informasi mengenai budaya Dayak. Mengingat ketertarikan anak muda terhadap budaya tradisional masih kurang jika dibandingkan dengan budaya modern.
Beberapa minggu yang lalu saya diperbolehkan untuk mengikuti rapat perdana kepengurusan KBMDA periode 2020/2021 Pada saat rapat tersebut tiap divisi melakukan perubahan pada rancangan program kerja dimana semua berpusat pada media sosial. Anggota KBMDA memiliki latar belakang jurusan dan fakultas yang berbeda serta kemampuan dalam merancang sebuah konten pun berbeda-beda sehingga mereka sedikit mengalami kesulitan dalam ide. Untuk mengatasinya anggota KBMDA sepakat untuk membuat konten yang tingkat kesulitannya medium agar seluruh anggota mampu membuatnya. Selain itu para anggota pun menyusun peraturan yang baru dalam melaksanakan seluruh kegiatan secara daring. Agar semua merasa nyaman di dalam kepengurusan, setiap peraturan akan disepakati bersama oleh seluruh anggota. Dan untuk menghindari kepasifan pada saat rapat, tiap kordinator divisi harus memastikan para anggotanya untuk berpartisipasi dalam rapat. Hal ini diterapkan agar tiap anggota dapat menyesuaikan diri dengan kondisi rapat yang dilaksanakan secara daring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H