Kalian pasti pernah mengalami lupa, bukan? Seperti lupa ketika usai meletakkan barang di suatu tempat, lupa nama sesorang padahal baru saja berkenalan, ataupun lupa barang apa saja yang harus dibeli ketika belanja bulanan di supermarket. Terkadang, kita merasa kesal saat lupa pada saat situasi tertentu. Lantas, mengapa manusia bisa lupa?
Lupa dapat terjadi ketika kita tidak berhasil mengembalikan sebuah memori yang tersimpan sebelumnya. Ada tiga memori yaitu memori sensorik, memori jangka panjang, dan memori jangka pendek. Alasan fenomena lupa dapat terjadi dalam otak manusia ditinjau dari aspek psikologi antara lain:
1. Decay Theory
Teori ini menyatakan bahwa lupa disebabkan karena sebuah informasi yang jarang diingat kembali sehingga informasi tersebut perlahan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
Oleh karena itu, kita harus lebih sering mengingat sebuah ingatan tersebut. Misalnya, pelajar dianjurkan mengulang setiap pelajaran yang telah diajarkan di sekolah agar pelajaran tersebut tetap selalu tersimpan di dalam otak.
2. Interference Theory
Teori ini menyatakan bahwa lupa disebabkan karena jumlah informasi yang tersimpan di dalam memori jangka panjang terlalu banyak sehingga terjadi penumpukan dan bercampurnya informasi. Hal ini terjadi saat informasi yang diterima tersebut bersifat mirip.
Terdapat dua jenis interferensi yakni Proactive Interference (gangguan disebabkan memori lama menganggu memori baru) terjadi ketika seseorang lupa saat pergantian tahun sehingga ketika menuliskan tanggal seringkali masih menuliskan tahun sebelumnya bukan.
Lalu Retroactive Interference (gangguan disebabkan memori baru menganggu memori lama) terjadi ketika seseorang baru saja mengganti nomor telepon sehingga ia lebih ingat nomor yang baru daripada nomor yang lama.
3. Retrieval Failure
Teori ini menyatakan bahwa lupa terjadi sebab kurangnya petunjuk dalam proses pemulihan ingatan. Dengan demikian, sebuah informasi akan kembali teringat apabila terdapat petunjuk yang tepat sebagai umpannya.