Lihat ke Halaman Asli

Ex Corporate Menjadi Dosen, Downgrade atau Upgrade?

Diperbarui: 6 Oktober 2024   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI | Source: unsplash.com

Menjadi seorang karyawan tetap pada salah satu perusahaan lokal ternama di Indonesia merupakan suatu pencapaian yang mungkin bisa cukup membanggakan. Diberikan amanah pada posisi managerial dengan tim dan tanggungjawab yang besar dapat menjadi tantangan tersendiri, yang tentu di imbangi dengan benefit yang tak kalah menarik. 

Mungkin itu yang menyebabkan banyak pencari pekerja berbondong menuju Ibukota sebagai pusat perekonomian negara, untuk turut berkarya dalam suatu perusahaan di bidang tertentu atau yang kemudian sering disebut sebagai "anak corporate". Lantas apakah semua itu merupakan kehidupan yang indah dan menyenangkan?

Hidup dengan dua zona waktu, office hour dan after office. Ada kalanya keduanya melebur menjadi satu zona waktu, full office hour. Work life balance? Mungkin sudah diupayakan, namun tentu tidak mudah. Waktu untuk diri sendiri, keluarga, teman, kolega, lingkungan, masyarakat, bahkan negara, sudah pasti tidak akan bisa rata terbagi. Jadi, apa yang sebenarnya ingin digapai? apa tujuan akhirnya

Pertanyaan itu yang mungkin saat ini ada di benak beberapa di antara kita yang sedang berkarir di dunia corporate. Bekerja dan hidup hari demi hari untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. 

Namun pernahkah sejenak mencoba untuk berhenti dan merenung, apa manfaat yang sudah kita hasilkan, sesederhana untuk diri sendiri. Apakah kita sudah bisa menjadi pribadi yang terus berkembang setiap harinya? Apakah terhadap lingkungan kita sudah memberikan kontribusi positif, apakah kepergian kita dari lingkungan tersebut akan meninggalkan jejak yang baik dan dirasakan aspek kebermanfaatannya?

Bagi penulis, segala pertanyaan tersebut bermuara pada suatu keputusan sakral, switch career. Sebuah titik balik untuk menyadari bahwa keberadaan diri bisa lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi, melainkan juga tentang memberikan manfaat bagi lingkungan.

Cukup ekstrim ketika seorang yang sebelumnya berkarir di dunia corporate ingin melakukan pergeseran karir menjadi seorang dosen. Seluruh warga negara Indonesia tahu bahwa bekerja sebagai dosen merupakan jenis pekerjaan kemanusiaan, sebuah pengabdian. Makna pengabdian mengartikan bahwa pekerjaan ini bukan money oriented, namun lebih pada dedikasi dan ketulusan.

Mari coba telaah lebih dalam terkait dengan tugas yang melekat pada pekerjaan menjadi dosen. Pada tahap awal, untuk memulai karir sebagai dosen diperlukan proses upgrade diri utamanya dalam hal keilmuan, dengan persyaratan minimun adalah menyandang gelar magister. Proses peningkatan kualitas diri tidak hanya dilakukan di awal perjalan, namun terus dilakukan selama perjalanannya dalam menekuni karir tersebut. 

Seorang dosen dituntut untuk terus belajar, memperbaharui informasi dan wawasan yang dimiliki, dan terus berpikir kreatif dan kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan. Hal ini tentu saja menjadi hal positif bagi diri karena terus dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi setiap waktunya.

Terkait dengan tugas, pada dasarnya meliputi 3 aspek berupa Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pembelajaran, pengabdian, dan penelitian. Ketiganya didedikasikan seluruhnya untuk orang lain dan penuh dengan kebermanfaatan, baik kepada diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan, hingga negara.

Kepada diri sendiri, seorang dosen akan merasakan kepuasan batin atas pencapaian kebermanfaatan tersebut, banyak rekam jejak yang bisa ditinggalkan dan hal baik yang bisa dimanfaatkan untuk orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline