Penggunaan Transportasi Umum berbasis Rel
Indonesia berada pada posisi nomor 4 sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, jumlah penduduk di Indonesia kini telah mencapai sebanyak 278,69 juta jiwa pada pertengahan 2023. Angka tersebut naik 1,05% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pada pertengahan 2022, jumlah penduduk di Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa.
Banyaknya penduduk tersebut tentunya mempengaruhi jumlah transportasi yang digunakan masyarakat Indonesia sehari-hari.
Seperti di kota-kota besar memiliki beragam pilihan transportasi yang dapat digunakan masyarakat untuk pergi bekerja. Ini mulai dari transportasi umum seperti Transjakarta dan kereta rel listrik (KRL) hingga kendaraan pribadi semacam mobil, motor, dan sepeda.
Berdasarkan hasil survei Populix, kendaraan pribadi sebagai moda transportasi terbanyak yang digunakan warga Jakarta terutama untuk bekerja. Ini sebagaimana disampaikan oleh 38% dari 792 responden di Jakarta. Ojek online menyusul di urutan kedua dengan persentase pengguna sebanyak 23%. Kemudian, Transjakarta menjadi moda transportasi pilihan bagi 17% responden di ibu kota untuk pergi bekerja. Sebanyak 13% responden yang berdomisili di Jakarta pergi bekerja menggunakan KRL. Ada pula 6% responden lainnya pergi bekerja menggunakan moda raya terpadu (MRT). Sementara, masyarakat Jakarta yang pergi bekerja menggunakan sepeda paling sedikit persentasenya. Tercatat hanya 3% responden yang menyatakan naik sepeda untuk pergi bekerja.
Adanya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, tentunya akan mempengaruhi bertambahnya kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kendaraan seperti motor, mobil dan bus sebenarnya kurang efisien jika digunakan oleh banyak masyarakat. Karena semakin banyaknya masyarakat sekitar menggunakan transportasi seperti itu akan menyebabkan dampak negatif untuk lingkungan, yakni bertambahnya polusi udara yang ada di lingkungan sekitar kita.
Tak hanya itu, kemacetan pun sering terjadi di lalu lintas. Apalagi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan kota lainnya yang masih sering dijumpai terjadinya kemacetan lalu lintas akibat banyaknya pengguna transportasi lalu lintas. Dari kemacetan tersebut terkadang membuat orang-orang merasa terburu-buru dan ingin menyalip kanan kiri dan akhirnya menyebabkan kecelakaan.
Dari sini kita harus pandai dalam mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya ialah dengan mengusulkan kepada pemerintah mengenai penambahan jumlah transportasi umum berbasis rel atau memperbanyak transportasi kereta api agar dapat mempermudahkan masyarakat umum untuk melakukan mobilisasi serta efisien untuk alternatif transportasi tanpa menyebabkan polusi udara.
Menurut Grava dalam bukunya URBAN TRANSPORTATION SYSTEM, definisi dari Heavy rail transit (Metro) adalah moda yang memiliki kemampuan untuk membawa penumpang dalam volume besar, cepat dan efisien dalam skala kota melalui media jalan rel.
Saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Karena memang betul adanya, jika transportasi umum berbasis rel sangat efisien untuk dipergunakan masyarakat sekitar. Banyak sekali dampak positif dari adanya transportasi umum berbasis rel ini, diantaranya dapat mempercepat proses transportasi masyarakat sekitar, lebih fleksibel untuk dipergunakan kapan saja, lebih nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Selain itu menurut pendapat saya, tarif transportasi umum berbasis rel juga tidak memakan banyak biaya. Harga yang ditawarkan oleh pihak transportasi umum berbasis rel juga sangat menyesuaikan dengan lama perjalanan yang nantinya akan kita tempuh.