Lihat ke Halaman Asli

Putri HarleyarNandar

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

Kenali Apa Itu Duck Syndrome dan Penyebab Seseorang Mengalaminya

Diperbarui: 16 Februari 2024   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Freepik.com

Dalam era digital dan tuntutan sosial yang semakin meningkat, fenomena Duck Syndrome muncul sebagai bentuk tekanan mental yang terkadang sulit terdeteksi. Seolah-olah melihat seekor bebek yang terlihat tenang dan terkendali di atas air, banyak individu menyembunyikan stres dan ketidaknyamanan mereka di bawah fasad yang tampak sempurna. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu Duck Syndrome, penyebabnya, dan dampaknya terhadap kesejahteraan mental.Apa Itu Duck Syndrome?Duck Syndrome merujuk pada fenomena ketika seseorang menunjukkan gambaran kesempurnaan dan kesejahteraan di permukaan, tetapi sebenarnya merasa tertekan, stres, atau tidak bahagia di dalam. Seperti bebek yang terlihat tenang di atas air namun berenang dengan keras di bawah permukaan, individu yang mengalami Duck Syndrome menciptakan citra yang menyembunyikan kenyataan internal mereka.


Penyebab Duck Syndrome:


1.Keinginan untuk Terlihat Sempurna
Tekanan untuk terlihat sempurna dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk penampilan fisik, prestasi akademik, dan kehidupan sosial, dapat menjadi pemicu Duck Syndrome. Harapan diri yang terlalu tinggi dapat menciptakan ketidaknyamanan dalam mengekspresikan keterbatasan atau kelemahan.


2.Keberhargaan Diri yang Rendah
Individu dengan keberhargaan diri yang rendah mungkin merasa perlu menciptakan citra positif di luar untuk menyembunyikan ketidakpastian dan rasa tidak berharga di dalam. Duck Syndrome dapat menjadi mekanisme pertahanan untuk menyembunyikan ketidakpercayaan pada diri sendiri.


3.Tuntutan Akademik atau Pekerjaan
Lingkungan akademik atau pekerjaan yang kompetitif dan menuntut dapat menciptakan tekanan untuk selalu menunjukkan kesuksesan dan kemampuan. Hal ini dapat mengarah pada Duck Syndrome, di mana individu merasa harus menunjukkan bahwa mereka selalu berada di puncak kinerja.


4.Ekspektasi yang Terlalu Tinggi dari Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang mengejar citra kesuksesan dan kebahagiaan dapat menciptakan tekanan tambahan untuk menunjukkan bahwa seseorang juga mencapai standar tersebut. Perasaan perlu untuk memenuhi ekspektasi dapat memicu Duck Syndrome.


5.Pengaruh Media Sosial
Media sosial sering menjadi panggung di mana orang memainkan peran kesempurnaan. Tampilan gaya hidup yang diidealkan dan kurasi konten yang disaring dapat membuat orang merasa perlu untuk menyesuaikan diri demi mencocokkan standar tersebut.


6.  Mengalami Trauma Di Masa Lalu
Pengalaman peristiwa traumatis dapat menciptakan tantangan yang mendalam dalam kesejahteraan mental seseorang. Trauma bisa berasal dari berbagai kejadian, seperti kecelakaan, kehilangan, kekerasan, pelecehan, atau peristiwa traumatis lainnya. Saat seseorang mengalami trauma, reaksi alamiahnya adalah mencari cara untuk bertahan dan melindungi diri dari rasa sakit dan ketidakamanan yang mungkin muncul. Duck Syndrome menjadi salah satu strategi yang mungkin diadopsi individu sebagai bentuk perlindungan diri dari dampak trauma tersebut.
Dalam beberapa kasus, Duck Syndrome juga dapat dianggap sebagai upaya untuk mendapatkan kontrol kembali atas kehidupan mereka setelah mengalami peristiwa traumatis yang membuat mereka merasa kehilangan kendali. Dengan menciptakan citra yang tampak sempurna, individu tersebut mungkin berharap dapat mengendalikan bagaimana orang lain melihat dan menilai mereka. Ini dapat memberikan rasa kontrol yang semu atas perasaan ketidakpastian dan kecemasan yang mungkin muncul akibat trauma.


Duck Syndrome dapat memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan mental. Menyembunyikan tekanan dan stres di balik citra positif dapat menyebabkan kelelahan, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengakui keberadaan Duck Syndrome dan mencari dukungan ketika diperlukan. Duck Syndrome menciptakan lingkungan dimana tekanan untuk terlihat sempurna dapat meracuni kesejahteraan mental. Penting untuk memahami bahwa kesempurnaan bukanlah standar yang realistis dan bahwa setiap individu memiliki tantangan dan kelemahan mereka sendiri. Melalui pengakuan, empati, dan dukungan, kita dapat membantu menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa nyaman untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline