Tempat pembuahan paling banyak terjadi di tuba falopi, seharusnya begitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dia terus bergerak maju menuju uterus, karena uterus telah menyiapkan dirinya dengan cara endometrium menebal. Endometrium yang menebal itu penuh dengan pembuluh darah yang membawa nutrisi. Jadi, begitu dia berada di endometrium kemudian dia melekat di situ maka, dia akan mendapatkan nutrisi untuk berkembang lebih dari zigot tersebut. Apa yang terjadi jika pembuahan terjadi di tuba dan tidak bergerak maju lagi, apakah bisa?, bisa karena di tuba juga ada nutrisi akan tetapi, nutrisi yang disana pasti tidak cukup untuk perkembangan. Kita bisa membayangkannya, kemampuan dari uterus dengan kemampuan dari tuba. Tuba itu tebal dari dindingnya juga terbatas, begitu dia melekat di situ dia akan membesar mengikuti perkembangan dari zigot tersebut, tetapi perlu ingat karena dia bukan tempat yang ideal (seharusnya) dan dinding yang dimiliki juga terbatas. Apa yang terjadi?, perdarahan yang hebat bisa terjadi pada ibunya dan bisa menyebabkan meninggal dunia itu yang namanya kehamilan ektopik, kehamilan yang tidak seharusnya berada di uterus bukan di tuba. Oleh karena itu, tindakan medis yang terpaksa kita lakukan ialah harus memotong tuba tersebut untuk menyelamatkan ibunya. Jadi, di kehamilan berikutnya ibu tersebut hanya punya satu tuba. Lalu bagaimana dengan ovarium?, tidak bisa masuk karena sudah banyak terpotong. Kehamilan seperti ini tidak bisa diselamatkan sehingga sering dikatakan keguguran.
Ada beberapa faktor yang dianggap dapat meningkatkan risiko seorang wanita bisa mengalami kehamilan ektopik atau yang sering di kenal hamil diluar kandungan yaitu, mengandung di kisaran usia 35 tahun keatas; Radang panggul; Penyakit seksual yang menular; Endometriosis, dll.
Gejala hamil di luar kandungan bisa disadari oleh wanita yang sedang mengandung tersebut. Namun, sebagian wanita dapat merasakan gejala kehamilan ektopik ketika usia kandungannya sudah memasuki 4--12 minggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H