Lihat ke Halaman Asli

Putri EkaSari

Karyawati

Mengunjungi Ka'bah bukan Sekadar Impian

Diperbarui: 9 November 2024   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi umrah. (Sumber: SHUTTERSTOCK/AYMAN ZAID via kompas.com)

Perjalanan menapaki impian ini dimulai, dari  memandangi tulisan di dinding kamar rumah yang telah usang berdebu.

Kertasnya pun sudah lusuh, sekilas tentu orang takkan menyangka jika tulisan di secarik kertas itu adalah list target dalam hidupku, hal yang pernah aku cita-citakan dahulu.

Impian itu menjadi kata (doa) lalu menjadi afirmasi diri, sehingga menjadi Action (kenyataan).

Terilhami dari sebuah muhasabah diri di pengajian (TPA) yang pernah aku ikuti saat aku duduk di bangku SMP. Waktu itu sang ustad meminta aku dan teman-teman menuliskan cita dan impian selama beberapa tahun ke depan. 

Catatan motivasi, mau jadi apa kami dan apa yang diidamkan jangka panjang.

"Ayo adik-adik,, tulisan keinginan dan cita-cita kalian di masa depan" Ujar Pak Ustad.

"Siap ustad.." Jawab Kami serentak, menulis dengan semangat menderu.

Lalu Ustad meminta kami agar memajang list Impian yang sudah diberi warna dan dibingkai hiasan menarik tersebut di tempat yang mudah dilihat. Misalnya di area meja belajar, meja rias atau tembok kamar yang mudah untuk dilihat. Istilah keren sekarang disebut dengan bucket list ya.

Tentu sebagai orang awam, apalagi usia masih remaja. Aku memiliki begitu banyak impian, dari mulai hal kecil dan remeh, hingga ke hal yang besar. Namun dalam list tersebut, aku hanya merangkum impian terbesarku saja. 

Aku pun tersenyum bangga saat menuliskan dan menempelkannya didinding kamar, diantaranya: Bisa mempunyai pekerjaan yang bagus, Bisa pergi ke Luar negeri, Bisa umroh dan naik haji Bersama Ibuku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline