Lihat ke Halaman Asli

Putri EkaSari

Karyawati

Ospek kampus, Sarana Bullying Kakak Senior

Diperbarui: 22 November 2024   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sindonews.com

"Ayo.. terus merangkak.. jangan berhenti" Kata seorang kakak kelas menyuruhku tetap merangkak di genangan air berlumpur di hadapanku.

"Siap.." Jawabku menyusuri genangan air itu, sambil memejamkan mata. Berharap dalam hati, agar setelah ini, tubuhku tak menjadi gatal-gatal ataupun luka. Karena kulitku yang sensitif, sedikit saja luka menimbulkan bekas yang lama hilang. Orang bilang darah manis.

"Ayo.. ayo lagi yang di belakang.." Ucapnya lagi memerintah kepada teman yang berada di belakangku.

Ospek kampus Negeri mengapa begini, batinku dalam hati. Padahal kami tidak bersekolah berbau militer, bukan calon taruna pula. Tapi harus merangkak dalam genangan lumpur, lari keliling lapangan dan berjalan mengitari kampus di siang bolong.

Di awal ospek bahkan harus membawa-bawa balon di tangan, seolah penanda sebagai MABA (Mahasiswa Baru) yang sedang mengalami euphoria masuk kampus. Dari yang semula membawa balon layaknya anak-anak menuju tahap yang lebih dewasa, mahasiswa.

Tak dipedulikannya para senior, kami yang keribetan menyadang berbagai atribut penanda 'Adik Ospek' diantaranya name tag tulis tangan, topi caping, kuncir dua bagi yang tak berhijab.

Juga berkalung buku pengenalan yang dibuat sendiri dengan bentuk tertentu (misalnya kala saya, bentuk lingkaran dengan logo universitas dan foto diri). Buku akan diisi identitas kakak dan teman, yang harus dikumpulkan tanda tangannya per hari minimal 20 orang. Yang secara berkala akan di cek oleh kakak tingkat. Tujuan mengumpulkan tanda tangan ini adalah untuk saling berkenalan satu sama lain.

Berbagai tugas prakarya ini juga kliping tema tertentu diharuskan untuk dikerjakan sepulang dari kampus.

Kami sebagai adik junior hanya diperkenankan menjawab dengan kata "Siap", "Hadir'' dan "Ya" dari segala perintah kakak senior. Apapun harus izin terlebih dahulu, meski hanya sekedar ke toilet atau minum. Kami tidak diperkenankan untuk mengambil sendiri jika tidak diperbolehkan, maka tak heran beberapa temanku dehidrasi, kelelahan dan sakit.

Tak berapa lama, azan Zuhur berkumandang, ah... rasanya penantian panjang. Sontak hatiku merasa gembira, karena Zuhur sebagai pertanda untuk kami bisa beristirahat sebentar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline