Lihat ke Halaman Asli

Putri EkaSari

Karyawati

Berebut Julid di Kolom Komentar, Layaknya Berebut Bola Panas

Diperbarui: 6 November 2024   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Shutterstock

Entah mengapa saat ini sangat banyak orang berkomentar tentang banyak hal. Dari mulai hal remeh hingga hal yang cukup berat dan bermuatan hukum.

Seolah 'nyinyir' adalah kebiasaan yang dilestarikan oleh banyak orang.

Apakah kebebasan berpendapat, membuat manusia menjadi semakin liar dan kebablasan dalam mengemukakan pendapatnya?

Sepertinya kalau tak ada komentar julid, maka kurang 'nendang'. Layaknya sebuah bola yang panas bergulir, terutama bagi public figure, artis, maupun selebgram. Mereka merupakan sasaran empuk untuk dikomentari. 

Apalagi jika tindak tanduk mereka tak sesuai dengan pandangan netizen atau followers nya. Maka hujatan, cacian dan kemarahan akan memenuhi kolom komentarnya. Meskipun ada juga yang berupa doa dan ungkapan baik atau bijak.

Terasa begitu miris, sedih, kesal dan bahkan merinding. Saya melihat banyaknya cuitan, hujatan dan kata yang tak pantas yang kadang kita jumpai dengan mudah di berbagai media Sosial. Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok dan kolom komentar Youtube.

Saat ini setiap orang layaknya berlomba berebut berkomentar, layaknya menyatakan ia yang paling paham dan jumawa. Hingga tak jarang terucap ungkapan bully, bahkan body shaming (mengolok-olok bentuk tubuh). 

Sehingga hujatan sudah menjadi lumrah adanya di masa sekarang.

Apakah tidak ada lagi toleransi, teposeliro yang dahulu diajarkan di pendidikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Kemana rasa peduli kita terhadap perasaan orang lain? Apakah saat ini sebagian besar orang hanya memikirkan kepuasan dirinya semata?

Cuitan bullying yang tak pantas baru akan berhenti, jika pemilik akun yang dihujat, menanggapi pada medsos dan berakhir di ranah hukum/kepolisian atau meja hijau. Barulah para pelaku perudungan kapok, dan meminta maaf atas apa yang mereka katakan dalam kolom komentar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline