Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Toleransi dalam Kehidupan Beragama

Diperbarui: 30 Maret 2020   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari sabtu (21/3) saya mengunjungi tempat peribadatan umat Hindu yang biasa dikenal dengan Pura. Pura ini bernama Pura Setya Dharma yang terletak di Desa Sekaran, Kec. Kayen Kidul, Kediri, Jawa Timur 64183.

Pura merupakan tempat suci umat Hindu yang digunakan untuk tempat ibadah. Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan dalam sehari-hari. Konsep tersebut meliputi pelaksanaan ritual (Yajna), sistem Catur Warna (Kasta), Tri Hita Karana, dan pemujaan terhadap Dewa-Dewi.

Umat Hindu melakukan ibadah tiga kali dalam sehari, yaitu pada jam 5 pagi saat matahari terbit, jam 12 siang saat matahari tepat di tengah, dan jam 5 sore saat matahari tenggelam. Di agama Hindu ada beberapa Hari Raya, diantaranya hari raya Nyepi, hari raya Siwaratri, hari raya Kuningan, hari raya Galungan, hari raya Pagerwesi, dan hari raya Saraswati.

Di sekitar Pura Setya Dharma juga terdapat Masjid dan Gereja. Karena di Desa ini penduduknya sangat beragam, ada yang beragama Hindu, Islam dan juga Kristen. Namun perbedaan keyakinan tersebut tidak mengurangi semangat pemeluk agama Hindu, Islam dan Kristen untuk saling menghormati, menjaga kerukunan dan mengembangkan sikap toleransi.

Toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai antar perseorangan maupun golongan terhadap perbedaan yang ada dalam suatu hal tertentu, dan tidak adanya sikap saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Contohnya toleransi dalam umat beragama yaitu sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar umat beragama satu dengan yang beragama lain.

Agama Hindu memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran. Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu juga menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda.

Masyarakat di desa ini terlihat sangat rukun dalam menyambut perayaan dari masing-masing agama. Misalnya dalam agama Hindu pada saat menjelang perayaan Nyepi, Ogoh-Ogoh dikirab mengelilingi desa atau dalam jawa dikenal dengan "Arak-arakan Ogoh-Ogoh" banyak masyarakat dari agama lain yang juga ikut berpartisipasi memeriahkan kegiatan tersebut. Sama halnya dengan masyarakat yang beragama lain yang saling mengundang masyarakat Hindu untuk hadir dan sama-sama merayakan perayaan dari agama mereka.  

Perbedaan keyakinan beragama bukan menjadi penghalang terjadinya kehidupan yang rukun antar sesama, baik agama Hindu, Islam maupun Kristen. Dengan adanya sikap toleransi antar umat beragama mereka saling menghormati dan menghargai terutama dalam menyikapi perbedaan ritual keagamaannya. Jadi sikap toleransi sangatlah diperlukan oleh umat beragama. Jika tidak, maka yang terjadi yaitu adanya perpecahan dan permusuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline