Setengah tahun lagi usiaku bertambah. Satu hal yang membuatku takut, rasanya inginku sumpal telinga dengan gumpalan kapas dan mengunci diriku di ruang gelap. Tidak ingin kutinggalkan tahun ini, tahun dimana sekian lama akhirnya kau ucapkan selamat ulang tahun. Sebelumnya setelah keputusan bodohku yang manis terucap. Kamu berhenti bersuara, menatap bahkan memanggil namaku. Aku menunggu sepanjang malam di tanggal empat, berharap ketika pukul 12:00 dan seterusnya, kau memberiku sebuah ucapan "selamat ulang tahun". Namun kosong yang ku dapat. Dua malam kemudian ku terjaga menanti pukul 12:00 dan seterusnya. Mengumpulkan seluruh keyakinan dan daya dalam tubuh sampai ke tenaga dalam hanya untuk satu kalimat "selamat ulang tahun". Peluh membanjiri kening, telapak tanganku beku dan banjir. Beberapa tahun ku ucapkan lewat pesan singkat dan selebihnya jadi rintihan perih. Aku terjaga sepanjang malam didua hari setelah tanggal lima, seperti habis daya dan tertimbun letih hati ku ucapkan "selamat ulang tahun" pada dinding-dinding kamarku yang pucat. Kadang langit dan bulan atau kelamnya awan mendung. Pernah pula kunyanyikan "selamat ulang tahun" dengan tergagap menahan air mata dan mendumal bahwa betapa menyedihkannya semua lelucon yang ku lakoni. Akhirnya, setelah berjuang hingga bait terakhir, akupun tersenyum. Tersadar....Kau tidak akan pernah ucapkan kalimat bodoh itu. [caption id="attachment_130621" align="alignnone" width="400" caption="birthday cup cake for long.."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H