Lihat ke Halaman Asli

Pamit

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Suatu saat nanti, cerita ini hanya akan berakhir sebagai cerita saja. Lalu biarkan semua kisah tentangnya tersimpan bersamanya.

Aku masih mengingat tanggal, bulan, tahun pertama kali kamu menyapaku. Bahkan aku masih menyimpan SMS pertamamu. Demi apa ya? Padahal tidak ada gunanya juga mengingat semua itu. Tapi aku masih bertanya sampai saat ini, kenapa ya kita harus saling menyapa dan bertukar cerita? Dan.. mungkin salahku, karena aku sempat mengistimewakanmu, padahal bisa jadi kita bertemu hanya untuk saling sapa dan bertukar cerita saja. Ah, ini kedua kalinya aku mengagumi seseorang diam-diam hanya untuk kemudian berakhir sebagai literatur.

Aku pamit. Mungkin aneh kata ini, tapi aku memang ingin undur diri. Ada orang lain yang rupanya selama ini berjalan ke arahku. Walau aku mungkin agak terlambat menyadari karena terlalu sibuk terpesona denganmu. Dia memang tidak sepandai kamu dalam menyusun kata, tapi sikapnya tegas dan terpuji. Kami berbeda, sangat berbeda. Tidak seperti jika denganmu, banyak kesamaan. Tapi aku dengannya, kami, akan saling melengkapi.

Pernah suatu hari aku berkata, "Jika tidak denganmu, semoga aku berjodoh dengan seseorang yang merasa beruntung memilikiku" perasaan yang sama jika aku bisa bersamamu. Maaf, karena aku tidak berusaha layak untuk bersamamu. Tapi terima kasih atas perkenalan yang menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline