Masyarakat kota umumnya memiliki pekarangan rumah yang terbatas. Tak heran jika mereka memanfaatkan lahan di pinggir jalan sebagai tempat bercocok tanam. Kalaupun mempunyai taman depan rumah, tanaman itupun tak luput tercemar dari polusi kendaraan yang bejibun lewat setiap hari.
Pori-pori daun tanaman menyerap asap kendaraan bermotor mengandung gas karbonmonoksida, itu bahaya banget kalau sampai masuk ke dalam tubuh kita. Terus, daun tanaman itu kita bikin sayur untuk kita makan. Waduh, jangan yah! Kita harus mengantisipasi cara berkebun dan apa yang masuk ke dalam perut kita.
Jadi, berhati-hatilah memahami teknik berkebun agar tanaman layak dan aman dikonsumsi!
Tips aman berkebun di pinggir jalan:
- Pilih tanaman yang berbuah di dalam tanah. Misalnya: bawah merah, bawang putih, singkong, dsb. Buah yang terpendam dalam tanah tidak langsung terpapar polusi karena terhalangi tanah, daunnya terpapar tapi tidak kita makan.
- Pilih tanaman buah berkulit tebal. Misalnya: durian, nangka, mangga, pisang, dsb. Kalau bisa buahnya dibungkus sejak buah masih kecil, gunakan kantong plastik, kain, atau karung.
- Buatlah green house (rumah mini dari bahan plastik)! Ini bagi yang nekad menanam tanaman yang dimanfaatkan daunnya sebagai sayur atau buah yang muncul diluar tanah. Green house berfungsi mencegah polusi asap menempel pada daun tanaman, menghindarkan tanaman dari terjangan debu, meminimalisir terik panas matahari sehingga daun tanaman lebih berwarna hijau segar, meminimalisisr angin kencang yang dapat mematahkan ranting dan batang tanaman.
Selain itu, green house dapat mengamankan buah dari pencuri, hahaha. Masa' iya pencuri nekad membobol dinding green house dari plastik hanya untuk mencuri buah? Jaga-jaga dong siapa tahu karena gemes lihat buah matang berwarna merah seperti tomat si pencuri nekad atau usil membobol dinding plastik.
Tanaman yang tumbuh di pinggir jalan tanpa dinaungi green house berada pada titik aman ketika baru saja tersiram air hujan deras semalaman. Batasan aman secara jelas terlihat mata saja lho ini. Malam hari jalanan sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor, lalu hujan mengguyur habis-habisan tanaman selama semalam. Bagi yang tinggal di daerah minim curah hujan alias hujan cuma beberapa menit turun enggak sampai semalam ya wassalam.
Pagi harinya, daun tanaman terlihat bersih hijau segar seperti baru saja dibersihkan pakai sikat. Nah, ba'da subuh jadwalkan memetik daun untuk dimasak! Jangan kalah cepat dari tetangga ya! Hahaha.
Daun yang tersiram air hujan bersih, tak ada warna hitam akibat tumpukan tebal asap kendaraan. Coba deh kalian eksperimen! Jika menjumpai daun di pinggir jalan yang dilalui ratusan bahkan ribuan kendaraan, lihat daun yang berwarna hitam dan usap! Berasa kayak ada minyak yang menempel kah?
Saya pernah membandingkan antara tanaman yang tumbuh di rumah Saya dengan tanaman yang tumbuh di rumah Paman. Rumah Saya dilalui ratusan atau bahkan ribuan kendaraan lewat setiap hari, padahal lokasinya di Desa. Sedangkan rumah Paman hanya dilalui belasan kendaraan, karena bukan jalur utama Desa.
Saya perhatikan daun tanaman Saya tertutupi warna hitam, kalau diusap kayak mengandung tekstur oli. Tapi tanaman di rumah Paman, daunnya bersih hijau segar kalau dipegang enggak berasa ada minyak. Ada noda debu saja, wajar kan karena angin menyapu debu sehingga beterbangan.
Beda juga antara di pinggir jalan dan di kebun yang agak jauh dari jalan raya, misalnya kebun di belakang rumah. Saya lebih tenang petik sayur di kebun belakang rumah karena lebih minim terpapar polusi asap. Kalaupun terlanjur tanam di pinggir jalan dan tanaman kadung tumbuh subur, sayang untuk dibabat sebaiknya daun digunakan untuk tambahan pakan ternak. Jadi daun sayur tak terbuang sia-sia, masih bermanfaat untuk sedekah ke hewan.