Filsafat Pendidikan Esensialisme dan Tokoh Filsafat Pendidikan Esensialisme
Pengertian Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme secara etimologi berasal dari bahas inggris yakni essential yang berarti inti atau pokok dari sesuatu , dan isme berarti aliran, mazhab, atau paham. Esensialisme adalah istilah yang kurang jelas dan mencakup paham yang meneliti esensi, yaitu apa yang membuat sesuatu tersebut, berlawanan dengan kontingensi , yaitu sesuatu yang hanya kebetulan, yang ketiadaanya tidak akan meniadakan sesuatu tersebut.
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggap bahwa kebudayaan lama itu telah banyak memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradapan manusia yang pertama-tama dahulu.
Dalam berbicara pendidikan , aliran esensialisme ini memanndang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyang dan kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil.
Nilai-nilai yang dapat memenuhinya adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang memiliki hubungan empat abad sebelumnya.
Tokoh-tokoh Filsafat Pendidikan
Esensialisme
1.Wiliiam C agley
Dia lahir di Amerika serikat tahun 1976 dia berpendapat bahwa filsafat pendidikan mempunyai ciri-ciri yaitu
Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang penidikan , sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya ( progresivisme ) memberikan sebuah teori yang lemah.
Oleh karena keemmapuan untuk mendisplin diri harus menjadi tuhuan pendidikan , maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah me;ekat daam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.
2.Johan Friedrich Herbart ( 1776-1841 )
Salah seorang murid Immanuel Kant yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak, berarti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan, dan ini pula yang disebut " pengajaran mendidik " dalam proses pencapaian pendidikan.