Lihat ke Halaman Asli

Menabung Pohon = Menanam Pohon Baru dan Stop Mencaplok Kawasan Hutan!

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dunia mengakui bahwa Indonesia merupakan rumah dari hutan hujan terluas di seluruh Asia, meski Indonesia terus mengembangkan lahan-lahan tersebut untuk mengakomodasi populasinya yang semakin meningkat serta pertumbuhan ekonominya.

Kawasan hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar dan lahan hutan terluas terdapat di Papua (32,36 juta hektar). Lokasi hutan Indonesia lainnya terdapat di Kalimantan (28,23 juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta hektar). Luar biasa, bukan?

Bahkan, Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ke-3 di dunia setelah Brasil dan Kongo! Keanekaragaman flora fauna pada hutan hujan tropis sangat bermanfaat bagi industri farmasi, kerajinan, pariwisata, dan ilmu pengetahuan. Manfaat lainnya adalah menjaga fungsi tata air, menyerap dan menyimpan karbondioksida, sumber air bagi kebutuhan makhluk hidup, memperlambat pemanasan global, dan dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita peduli akan kelestarian hutan.

Namun hijaunya alam Indonesia kian hari kian menyusut akibat pemanfaatan hutan tak terkendali. Laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 Ha per tahun (2011) dan tercatat sebagai tiga terbesar di dunia.

Beberapa tahun terakhir ini, wilayah hutan yang luas telah banyak diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Cara tercepat dan termurah untuk mengosongkan suatu lahan baru untuk perkebunan adalah dengan membakarnya. Tiap tahun, ratusan dari ribuan hektar are berubah menjadi asap saat para pengembang dan petugas perkebunan terburu-buru menyalakan api sebelum musim hujan datang. Di musim kemarau - terutama selama tahun-tahun el Nino - api ini dapat terbakar di luar kendali selama berbulan-bulan, menyebabkan polusi mematikan yang mempengaruhi negara-negara tetangga.

Kebakaran hutan di Indonesia diperparah dengan kurangnya pengarahan pada program transmigrasi pemerintah yang memindahkan keluarga-keluarga miskin dari pulau-pulau pusat yang padat ke daerah yang lebih jarang penduduknya di pulau lain. Praktek penambangan juga tak kalahefek merusaknya pada hutan dan suku pedalaman di Indonesia.

Selain itu, hutan mangrove kini banyak yang beralih fungsi menjadi tambak, lahan perkebunan kelapa sawit, tak jarang juga dicaplok untuk kepentingan pembangunan resort, dan pelebaran ruas jalan.Adapun fungsi daripada hutan mangrove , yaitu : Menjaga agar garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, menahan badai/angin kencang dari laut, menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru, menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar, mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2. Sedemikian pentingnya fungsi hutan mangrove sehingga kita layak melestarikannya.

Sebenarnya larangan penggundulan hutan untuk membuka lahan kelapa sawit, penebangan kayu illegal dan peringatan untuk melestarikan sumber daya hayati sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia namun hal ini kurang dipertegas karena manajemen hutan kita sudah dijangkiti oleh korupsi kronis. Masa depan paru-paru dunia dengan mudahnya ditukar dengan lembaran rupiah.

Rusaknya hutan Indonesia berpotensi mengakibatkan bencana alam berupa tanah longsor, kekeringan saat musim kemarau, rusaknya lapisan ozon, efek rumah kaca, global warming, menyumbang 12% - 17% dari emisi karbondioksida global, punahnya kekayaan flora dan fauna khas Indonesia, serta berbagai efek negatif kepada alam lainnya. Pada kenyataannya, efek negatif ini sangat berpengaruh bagi kehidupan kita sehari-hari bahkan kehidupan generasi selanjutnya.

Ada banyak hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi kerusakan hutan di Indonesia yang sudah cukup parah, seperti mengurangi penggunaan tissue bahkan sama sekali tidak menggunakan tissue, menghemat pemakaian kertas dengan mencetak kedua sisi kertas, menggunakan kertas daur ulang, meningkatkan kesadaran akan pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup generasi selanjutnya,mengajak lingkungan sekitar untuk menanamkan kesadaran tersebut, dan tentu yang paling terlihat nyata yaitu ikut menanam pohon untuk menggantikan pohon-pohon yang telah ditebang secara illegal atau dibakar untuk pembukaan kawasan lahan baru.

Tidak perlu terlalu muluk, dimulai dengan diri sendiri, setiap warga Negara Indonesia berkontribusi satu pohon saja di pekarangan rumah masing-masing dan lingkungan umum di sekitar, dengan melakukan tindakan sederhana diatas, ini akan menjadi suatu sumbangsih yang sangat berarti bagi masa depan hutan dan generasi kita nantinya. Pikirkan, apakah kita tidak berkeinginan untuk mewariskan udara yang lebih bersih, pemandangan dunia yang indah, bebas polusi, aneka ragam flora dan fauna yang mengagumkankepada anak-cucu kita nantinya?

Lalu, apakah gerakan menabung pohon saja cukup untuk menyelamatkan hutan Indonesia? Tentu saja tidak, keberadaan hutan yang ada juga harus dipertahankan, selain itu kawasan hijau kota harus tetap dipertahankan jangan dialih fungsikan demi pendapatan daerah semata.

Jangan sampai di saat kita sedang menggalakkan program menabung pohon tapi di sisi lain, di saat yang sama hutan kita ternyata dialih fungsikan. Karena menurut saya, menabung tidak hanya berarti terus menyetor untuk menambah saldo tabungan tapi juga bagaimana jumlah saldo yang kita miliki harus tetap dipertahankan sembari terus menambahkannya.

Perlu disadari, hasil Investasi daripada melestarikan alam ini memang bukan setahun dua tahun kita nikmati hasilnya, tapi untuk keberlanjutan kehidupan sepuluh, duapuluh tahun mendatang dan memang saat itu bukan kita lagi yang menikmatinya akan tetapi generasi berikutnya.

Hutan-hutan Indonesia saat ini benar-benar dalam kondisi sakit. Dengan kehidupan alam liar, hutan, tebing karang, atraksi kultural, dan laut yang hangat, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk eko-turisme, namun sampai saat ini kebanyakan pariwisata terfokus pada sekedar liburan di pantai. Pariwisata itu sendiri telah menyebabkan permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan hidup, mulai dari pembukaan hutan, penataan bakau, polusi, dan pembangunan resort. Hendaknya masyarakat yang masih memiliki hamparan tanah hijau agar lebih bijaksana dalam pengelolaannya, jangan hanya tergiur lembaran-lembaran rupiah yang memberikan kesenangan sesaat, warisan hijau yang memberi udara segar bagi generasi mendatang pun digadaikan begitu saja kepada investor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline