Lihat ke Halaman Asli

Review Buku "Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas", Neng Dara Affiah

Diperbarui: 10 Mei 2021   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Review Buku "Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas"

karya Neng Dara Affiah

Identitas Buku:

Judul buku: Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas

Penulis: Dr. Neng Dara Affiah, M. Si

Penerbit/Tahun terbit: Nalar Jakarta 2009

Cetakan: Pertama (April 2009)

Tebal buku: x + 122 halaman

Sebuah buku yang berjudul "Muslimah Feminis: Penjelajah Multi Identitas" karya dari Neng Dara Affiah ini merupakan buku yang sangat menarik dan pastinya bagus untuk dibaca. Buku ini berisikan tentang identitas etnis, gender, agama, hingga identitas negara. Sangat luas bukan? Walaupun buku ini hanya terdiri dari kurang lebih 122 halaman saja, buku ini sangat bagus untuk dibaca dan tentunya mudah untuk dipahami. Selain itu, buku ini tentu membuat para pembaca seperti saya yang kurang suka buku tebal, sehingga sangat tertarik pada buku karya Neng Dara Affiah ini.

Di dalam bukunya ini, ia menceritakan berbagai identitas seperti identitas etnis, agama, gender, dan negara berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah ia rasakan selama hidupnya. Ia banyak menceritakan tentang hak-hak perempuan yang masih banyak dipandang hanya sebelah mati oleh banyak orang. Ia merasa bahwa di lingkungannya itu, masih banyak berlaku paham patriarki, yaitu paham yang menganut bahwa sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama, dan mendominasi di berbagai bidang. Hal inilah yang membuat ia ingin selalu memperjuangkan hak-hak perempuan dari penindasan patriarki. Ia ingin memperlihatkan bahwa kaum perempuan juga bisa setara dengan kaum laki-laki dalam beberapa aspek seperti, aspek sosial, politik, pendidikan, hingga pekerjaan. Budaya patriarki ini terus berada di sekitar hidupnya, ayahnya sendiri pun menganut budaya patriarki. Hal ini membuat dirinya sampai tekanan batin, namun tetap saja ia tidak bisa menentang kemauan ayahnya itu. Beruntungnya, ia memiliki suami yang dapat memahaminya dan selalu memberikan dukungan untuknya. Dari sini bisa kita lihat bahwa, tidak semua laki-laki itu menganut paham patriarki. Apalagi di zaman yang terus maju ini, semakin banyak kaum laki-laki yang paham bahwa kaum perempuan pun bisa menyetarakan haknya dengan kaum laki-laki di beberapa aspek.

Dalam buku ini, penulis membeberkan empat identitas yang ada di dalam dirinya, yaitu identitas etnis, gender, agama, dan negara. Di bab pertama ini, ia menjelaskan tentang identitas etnisnya, dimulai dari ia yang memperkenalkan diri asal kota kelahirannya yaitu Kota Banten. Ia lahir dan tumbuh di Banten, dimana disana didominasi oleh orang islam. Agama islam disana sangat kental, dan terdapat banyak juga tradisi keislamannya. Contohnya, ketika seorang anak lahir, maka telinga dari jabang bayi akan diazankan oleh ayahnya sendiri, yaitu sebagai wujud dari "peng-islaman" sejak lahir bayi tersebut, dan banyak lagi contoh tradisi keislaman lainnya. Neng Dara Affiah merupakan seorang anak dari pasangan ibu yang seorang guru agama dan ayah yang seorang pemimpin pesantren. Oleh sebab itu, ia lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang sangat baik dan taat agama islamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline