Desa Namu, Kabupaten Konawe Selatan -- Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, terkenal dengan kekayaan lautnya yang melimpah. Salah satu wilayah yang memiliki potensi laut yang luar biasa adalah Desa Namu, terletak di Kabupaten Konawe Selatan. Meskipun memiliki keindahan alam bawah laut yang memukau, Desa Namu menghadapi tantangan serius dalam menjaga kelestarian ekosistem lautnya, terutama terumbu karang. Terumbu karang, yang dikenal sebagai rumah bagi berbagai jenis biota laut, telah mengalami kerusakan yang signifikan akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim global.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Tim KKN PPM UGM Unit SG-007 di Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan yang dibimbing oleh Dr. Eko Tri Sulistyani dari Fisika, Fakultas MIPA UGM mengambil inisiatif dengan merancang dan membuat bioreeftek, sebuah teknologi terumbu karang buatan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi terumbu karang yang rusak di wilayah ini. Pemasangan bioreeftek ini dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe Selatan dan komunitas penyelam setempat, menjadikan proyek ini sebagai salah satu upaya kolaboratif yang berfokus pada pelestarian lingkungan laut dan pengembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan.
Bioreeftek adalah struktur buatan yang dirancang untuk meniru fungsi dan bentuk terumbu karang alami. Terumbu karang adalah salah satu ekosistem laut yang paling penting, tidak hanya karena keanekaragaman hayati yang dimilikinya, tetapi juga karena fungsinya sebagai pelindung pantai dari erosi dan badai, serta sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya. Namun, terumbu karang sangat rentan terhadap kerusakan akibat berbagai faktor, termasuk polusi, penangkapan ikan yang berlebihan, dan perubahan suhu air laut.
Di Desa Namu, kerusakan terumbu karang telah menyebabkan penurunan jumlah ikan dan biota laut lainnya, yang berdampak pada ekonomi lokal yang bergantung pada sektor perikanan dan pariwisata. Dalam upaya untuk memulihkan ekosistem ini, Putri Awalia Shabrina, mahasiswa Fisika, merancang program bioreeftek dengan menggunakan material ramah lingkungan yang tidak hanya mampu menahan arus laut tetapi juga mendukung pertumbuhan biota laut.
Pentingnya bioreeftek terletak pada kemampuannya untuk menyediakan habitat alternatif bagi biota laut yang kehilangan tempat tinggalnya akibat kerusakan terumbu karang. Selain itu, bioreeftek juga membantu dalam memperbaiki kualitas air laut dengan menyediakan permukaan tempat tumbuhnya alga dan organisme lainnya yang dapat menyaring air. Dengan demikian, bioreeftek tidak hanya berfungsi sebagai pengganti terumbu karang yang rusak tetapi juga sebagai alat untuk meningkatkan kualitas ekosistem laut secara keseluruhan.
Tim KKN-PPM UGM SG-007 menggunakan material seperti beton ramah lingkungan yang telah dicampur dengan bahan-bahan tambahan yang dapat mendorong pertumbuhan karang dan biota laut lainnya. Beton dipilih karena kekuatannya yang mampu bertahan dalam lingkungan laut yang keras, serta kemampuannya untuk menyediakan permukaan yang ideal bagi alga dan karang untuk tumbuh. Setelah bioreeftek siap, langkah berikutnya adalah pemasangan di perairan Desa Namu. Tahap ini melibatkan kerja sama erat antara mahasiswa KKN-PPM UGM SG-007, Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe Selatan, dan komunitas penyelam OK Dive. Dinas Pariwisata memimpin koordinasi di lapangan, termasuk penentuan lokasi penempatan bioreeftek berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mereka juga bertanggung jawab atas pengawasan keseluruhan proses pemasangan untuk memastikan bahwa proyek ini sesuai dengan rencana konservasi yang telah disusun.
Komunitas penyelam memainkan peran kunci dalam proses pemasangan bioreeftek. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas pengangkutan dan penempatan struktur di dasar laut, tetapi juga memastikan bahwa bioreeftek ditempatkan dengan hati-hati agar tidak merusak lingkungan sekitar. Pengalaman mereka dalam penyelaman dan pengetahuan mereka tentang kondisi bawah laut sangat penting untuk keberhasilan proyek ini.Pemasangan bioreeftek ini dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, struktur diangkut ke lokasi menggunakan perahu. Selanjutnya, penyelam secara hati-hati menempatkan bioreeftek di dasar laut sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan. Setiap struktur dipastikan berada pada posisi yang stabil dan aman dari arus laut yang kuat.
Setelah pemasangan selesai, komunitas penyelam melakukan pemantauan berkala untuk melihat perkembangan kondisi bioreeftek dan memastikan bahwa struktur tersebut berfungsi dengan baik. Pemantauan ini juga mencakup pengumpulan data mengenai pertumbuhan karang dan biota laut lainnya di sekitar bioreeftek, yang kemudian dilaporkan kepada Dinas Pariwisata dan universitas sebagai bagian dari evaluasi proyek.
Proyek bioreeftek yang dilakukan oleh Tim KKN-PPM UGM SG-007 dan Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe Selatan ini diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap ekosistem laut dan sektor pariwisata bahari di Desa Namu. Dengan adanya bioreeftek, terumbu karang yang rusak dapat mulai pulih, sehingga habitat alami bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya dapat kembali terbentuk. Hal ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan memastikan bahwa sumber daya laut tetap tersedia bagi generasi mendatang.