Halo, nama saya Putri Awaliyah. Umur saya 20 tahun. Saya mahasiswi jurusan S1-Manajemen Komunikasi, Institut STIAMI. Sekarang saya sudah di semester 5. Saya juga bekerja sebagai editor foto dan video wedding organizer.
Alhamdulillah, tempat kuliah saya mempunyai sistem pembelajaran 2 shift, pagi dan malam. Bagi mahasiswa/i yang juga kuliah sambil bekerja, dapat mengambil kelas malam. Tempat kerja saya masuk jam 8 pagi pulang jam 4 sore. Waktu kuliah saya mulai jam 5 sore sampai dengan jam 9 an malam. Saya juga aktif sebagai Menteri KOMINFO BEM-KM kampus saya.
Salah satu kelemahan saya yang saat ini masih saya usahakan dengan keras untuk tertutup atau tidak muncul adalah lemahnya saya dalam berkomunikasi interpersonal. Saya punya kecenderungan untuk terlalu jujur dan blak-blakan. Apalagi jika berbicara di depan umum, saya pasti gugup dan tidak lancar saat berbicara.
Saya merupakan orang yang cukup sulit beradaptasi saat di lingkungan yang baru. Dalam situasi berbaur saya cenderung pasif dan akan berbicara ketika orang lain yang memulai. Meski demikian, saya menyadari bahwa hal tersebut dapat mengganggu pekerjaan, sehingga saya harus aktif dan memulai berbicara dengan orang yang baru saya kenal. Saat ini saya sudah lebih baik dalam hal tersebut karena saya tambah percaya diri.
Public speaking adalah salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam banyak pekerjaan. Misalnya saja pada saat melakukan presentasi di depan atasan. Seperti asal katanya speaking, hal ini sangat erat kaitannya dengan kemampuanmu berbicara. Public speaking juga penting bisa menyampaikan gagasan, ide, informasi atau hal lainnya dengan baik.
Selain itu, kamu juga jadi lebih percaya diri, bisa memimpin orang lain, dan memengaruhi orang lain. Dalam Manajemen Komunikasi, Public Speaking sangat erat kaitannya.
Maka dari itu, dalam prosesnya menjadi seorang Public speaking yang baik harus banyak berlatih dan praktik dengan melakukan di depan cermin, di depan temanmu, atau direkam menggunakan handphone-mu. Kamu akan menemukan hal-hal yang kurang dalam dirimu, misalnya, masih terbata-bata, terlalu cepat berbicara, terlalu banyak mengucapkan filler words (emm, anu, eh, apa itu, dan lainnya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H