Lihat ke Halaman Asli

Ayah

Diperbarui: 24 Februari 2021   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Banyak kata yang ingin aku sampaikan
Sebuah cinta yang selalu engkau berikan
Perjuangan dan pengorbanan engkau begitu besar
Tanpa mengenal rasa lelah
Engkau selalu berjuang mempertahankan
Demi anak-anak yang kau cintai

Ayah....
Satu kata empat huruf beribu makna
Engkau yang selalu menjaga
Engkau yang selalu merawat
Engkau yang selalu menerima
Engkau yang selalu menemani
Dikala hati ini menginginkan

Begitu banyak yang engkau pertaruhkan
Ketika engkau lelah
Engkau tak pernah mengeluh
Engkau selalu tersenyum bahagia
Seakan tidak terasa apapun

Waktu yang selalu engkau luangkan
Untuk bisa bersama putra putri mu
Menunjukkan begitu engkau sangat menyayangi
Kini engkau semakin mengerut
Rambut yang dulu hitam telah menjadi putih
Tubuh yang kuat sekarang telah merapuh
Tetapi engkau masih tetap berjuang

Ayah adalah salah satu orang yang selalu mengerti dan memperjuangkan apa yang diinginkan oleh putra putri nya. Seperti aku, ayah selalu membuat hati ini terasa nyaman dalam genggaman nya dan penuh hangat. Ketika ayah sedang menonton televisi, aku menghampiri dan bertanya kepadanya "Ayah, apakah engkau menyayangi ku?" Sambil sedikit tertawa. "Tentu saja Nak, ayah menyayangi mu sangat menyayangimu, kenapa bertanya seperti itu? " sambil tersenyum dan sedikit heran. "Tidak ayah, aku hanya sedikit bertanya saja untuk memastikan semuanya. " Mendengar jawaban yang dikatakan oleh ayah, aku semakin yakin akan kasih sayang ayah terhadap ku. Aku tahu ayah memang selalu menyayangi anak-anak nya. Tetapi jika bertanya untuk memastikan semua itu tidak masalah bukan? Tentu saja seorang anak pasti selalu menginginkan kasih sayang yang lebih apalagi aku adalah seorang anak perempuan yang selalu ingin teristimewakan.


Setelah beberapa jam kemudian, aku memasuki kembali ruangan yang sangat indah dan penuh cerita yaitu kamar aku sendiri. Setiap sudut kamar aku perhatikan dengan detail, terlihat kerlap kerlip bintang memancarkan cahayanya. Disana adalah tempat yang sangat spesial karena penuh cinta dan kasih sayang. Seketika aku selalu membayangkan kebahagiaan yang aku rasakan selama ini, apakah aku tidak menyusahkan kedua orang tua ku? Apakah mereka akan selalu berada di samping ku? Apakah kebahagiaan ini akan selalu hadir? Aku tak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir dan aku selalu berharap untuk terus seperti ini damai aman nyaman.


Keesokan harinya, tanpa rasa sadar aku sudah tidak melihat ayah di meja makan. Setelah itu aku menanyakan kepada sang ibu, "Ibu ayah pergi kemana? Kenapa jam segini sudah tidak terlihat?" Ibu pun menjawab : "Nak ayah sudah berangkat kerja dari tadi." Sambil tersenyum. Aku pun merasa ada yang berbeda dengan sikap ayah aku sendiri dan menanyakan hal tersebut kepada ibu. "kok tumben ibu ayah sudah pergi kerja jam segini, biasanya selalu agak siang? " Merasa heran. "Nak, mungkin ayah mu lagi banyak pekerjaan sehingga telah pergi disaat pagi ini." Beberapa saat kemudian aku berpikir apakah ayah aku sedang mempunyai masalah dalam pekerjaan nya? Ini pertama kalinya ayah seperti itu, seraya bicara di dalam hati.
Aku tak tahu apa yang sedang ayah aku sembunyikan saat ini, aku berharap sebesar apapun masalah itu semoga bisa cepat berlalu dengan sendirinya (dalam lamunan). Tiba-tiba ibu ku menepuk punggung ku, "Nak, mengapa malah melamun? Cepat siap-siap ini sudah siang, bukankah kamu harus pergi ke sekolah? " Kata ibu ku. "Ah iya, aku tidak melamun kok Bu, Ya sudah aku pergi sekolah dulu ya, assalamualaikum." Ibu ku menjawab : " Hati-hati Nak, Waalaikumsalam."


Di sekolah!


Bel berbunyi menandakan sebuah pembelajaran akan di mulai. Aku mulai mempersiapkan alat tulis di bangku sekolah, tetapi entah mengapa pikiran dan hati ini merasa tidak tenang. Semenjak kejadian itu aku malah memikirkan sosok ayah aku yang seperti orang asing, pergi tanpa bicara sepatah atau dua patah kata. Ketika aku mulai terjatuh dalam ingatan bawah sadar ku secara mendadak ada seseorang yang menepuk bahu ku, ia adalah teman sebangku ku. "Hey, mengapa kamu melamun terus sih dari tadi, apa ada masalah?" kata Anis. "Eh iya, Gak ada kok aku baik-baik saja. " jawab aku. "Sudah sampai mana nih pembahasannya, help me! " Tumpah aku. "Makanya kalau lagi belajar fokus jangan melamun terus. " Kata Anis.

Di tempat kerja!


Ketika sampai di tempat kerja ayah langsung menemukan seseorang yang sudah berada di tempat itu menunggu kedatangan ayah yaitu orang yang akan komplain sebuah produk dari hasil kerja ayah. "Halo pak, apakah bapak yang sudah mengerjakan pesanan saya?" Ucap Sandi. "Iya betul pak, apakah ada masalah? " Jawab ayah. "Gini pak, kok Gak biasanya ya barang yang bapak kirimkan tidak sebagus waktu dulu. " Kata Sandi. "Itu sudah sesuai kok pak, barangnya bagus. " jawab ayah. "Tetapi kenyataan nya beda pak. " Timpal Sandi. Ayah merasa heran, bagaimana bisa barang sebagus itu menjadi tidak bagus. Apa saya salah dalam memilah barang tersebut? Ah, kenapa bisa seperti ini (dalam hati ayah).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline