Hubungan Etika dan Pendidikan dalam Perspektif Filsafat
Dalam perspektif filsafat, pendidikan dan etika memiliki hubungan yang erat, dimana etika menjadi pondasi yang kuat bagi proses pembelajaran yang bermakna. Filsafat sebagai disiplin yang merenungkan hakikat kebenaran, dan keadilan memberikan landasan teoretis bagi pendidikan untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral.
Etika sebagai cabang filsafat yang membahas nilai-nilai moral, mempelajari bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam kehidupan yang adil. Dalam konteks pendidikan, etika menjadi pedoman dalam membentuk perilaku manusia yang sesuai dengan norma-norma sosial dan prinsip-prinsip universal yang berlaku.
Ada 3 filsuf yang menawarkan pandangan yang relevan dalam menyatukan etika ke dalam pendidikan yaitu sebagai berikut :
1.Aristoteles menekankan pentingnya kebajikan (virtue, dalam bahasa Yunani disebut arete) dalam pendidikan. Baginya tujuan akhir pendidikan adalah membantu manusia mencapai eudaimonia, yaitu kehidupan yang baik. Pendidikan harus membentuk kebiasaan baik dan mengembangkan karakter peserta didik.
2.Immanuel Kant melihat pendidikan sebagai sarana untuk menciptakan individu yang otonom, yang mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral yang universal. Immanuel Kant menekankan tanggung jawab dan penghormatan terhadap manusia.
3.Jhon Dewey menekankan bahwa pendidikan adalah proses sosial yang harus mencerminkan nilai-nilai demokrasi dan tanggung jawab kolektif. Etika dalam pendidikan menurut Dewey, berfungsi untuk membangun masyarakat yang inklusif dan adil.
Peran Etika dalam pendidikan yaitu sebagai berikut:
1.Membentuk Karakter Peserta Didik
seperti, nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan rasa hormat harus diajarkan sejak dini.