Lihat ke Halaman Asli

Mewaspadai Penyakit Diare pada Anak

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1430298124918899041


Talkshow Kesehatan Anak disiarkan 105,3 FM Rakosa Radio Pilihan Perempuan, setiap hari Senin, pukul 10.00-11.00wib untuk edisi 27 April 2015 membahas tentang Diare pada anak, disampaikan oleh dr. Jayanti, Sp.A dari RSUP Dr. Sadrjito.

Banyak orang yang menganggap bahwa diare penyakit biasa padahal di lihat dari angka kesakitan dan juga angka kematian ternyata cukup tinggi di Indonesia, meskipun biasa terjadi pada anak, sebaiknya orang tua dihimbau tetap waspada atau berhati-hati.

Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).

Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia (2008), penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI, diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

“Buang air bersih, lebih cair dan lebih dari 3 kali perlu melihat konsistensinya yaitu encer dan frekuensi.Akibat diare dehidrasi dibagi ringan dan berat, jika ringan bisa diberikan cairan oralit akan tetapi jika berat harus mondok di rumah sakit. Oleh karena itu orang tua perlu waspada jika diare disertai tanda ada darah dan lendir karena tentu saja ini ada perbedaan penyebab.” kata dr. Jayanti.

“Penyebab diare, ada bakteri, virus dan parasit, ada juga alergi atau intoleransi. Jika proses infeksi sebagian besar penyebab adalah virus biasa disebut diare rotavirus. Rotavirus sendiri akan menyebabkan dehidrasi, meskipun semua diare akan menyebabkan dehidrasi. Pendeteksian dilakukan secara klinis, jika rotavirus perlu dibiakkan namun akan terLalu lama, sehingga biasanya dokter mengetahui gejalanya seperti sebagai berikut jika diare disebabkan virus maka diare tidak ada lendir atau darah, akan tetapi jika diare disertai lendir atau darah, sudah bisa dideteksi jika diare tersebut penyebabya bakteri.

Pertanyaan:

Ibu Ana, Jl. Kaliurang memiliki putri berusia 4 bulan, mengalami diare 1 hari 4 x, anak dalam kondisi rewel, dan untuk minum asi susah atau sulit

(jika anak memang dalam kondisi pemberian asi ekslusif, maka anak mohon diberi asi lebih sering, ibu bisa melakukan deteksi awal dengan melihat perbandingan kondisi anak saat sakit dengan kondisi anak sebelum sakit/ sehat, berikutnya berikan asi lebih sering dan lebih lama, selanjutnya lima langkah tuntaskan diare antara lain: berikan cairan dehidrasi yaitu oralit, bisa dalam bentuk sachet dapat diberikan/ ditambahkan air 200 CC, atau bisa juga oralit yang dibeli di apotik sudah siap minum, selanjutnya langkah berikutnya adalah pemberian zinc sebanyak 10 miligrambagi bayi usia kurang dari 6 bulan 20 miligram lebih dari 6 bulan, wajib diberikan 10 hari berturut turut.

Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasidengan mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satugelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi100-200 cclarutan oralit setiap kali buang air besar.

“Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, juga mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.Sesuai dengan guideline WHO agar anak yang mengalami diare diberikan zinc, tambah dr. Jayanti.

Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari sedangkan balita umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20mg)/har

Berikutnya untuk pemberian asi dan makanan diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat tidak ada perubahan. Hal ini bertujuan untuk mencegahkehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Jadi berikan asi lebih sering pada anak atau minum susu seperti biasanya lebih sering, Antibiotik sendiri hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau disertai penyakit lain. Sebaiknya ibu atau keluarga memberikan cairan oralit tadi secara teratur di rumah serta mengetahui kapan harus membawa ke petugas kesehatan Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan ke dokter.

Saat diare, anak boleh diberikan makanan padat sesuai dengan usianya, pemberian air rumah tangga boleh air sup, kuah, tajin juga boleh. Untuk makanan tidak perlu diganti, tetapi jika diare disebabkan intelorenai lactosa, berarti susu harus diganti sesuai dengan petunjuk dokter, sedangkan jika diare disebabkan virus tidak terlalu bermasalah.

Ibu Lusi, Sleman, Bagaimana jika kita membuat cairan oralit sendiri dirumah?

“Untuk pembuatan oralit sebaiknya berikan oralit yang sudah terstandar, kita beli yang kondisi sudah jadi yaitu sachetan yang kita tambah air 100cc, atau kemasan bentuk kaca 100cc, karena dari pabriknya sudah diolah diproses dengan komposisi natrium pas karena jika ibu membuat sendiri dikhawatirkan tidak pas osmoloritasnya jadi beda, sebaiknya membeli dan meracik sesuai aturan yang sudah ada, sebaiknya 200 cc sudah benar baru kita tambahkan oralit, karena jika menggunakan istilah sepucuk sendok teh, setiap orang memiliki takaran tersendiri akibatnya tidak bisa menakar dengan pasti.

Ibu Nur, Concat, Amankah menggunakan obat bebas, misal obat pengental diare?

Untuk anak tidak ada obat lain selain yang tadi sudah disampaikan.  Untuk anak hanya diberikan anti dehidrasi berikan cairan elektrolit, diberikan zinc, dan antibiotic tentu dengan petunjuk dokter. Anak tidak dianjurkan mengkonsumsi obat-obatan. Perbedaan kondisi diare pada anak dan dewasa beda, untuk anak biasanya karena virus, selain itu penyebab dan kondisi usus berbeda, 0-6 bulan kondisi usus baru tumbuh sehingga beda penanganan dengan orang dewasa.

Usia 5 tahun anak masih mulai bisa terkena diare karena bakteri.Pencegahan diare bisa dilakukan dengan kebersihan. Biasanya diare rentan terjadi pada bayi berusia 3 bulan sampai 18 bulan, sebaiknya usahakan menjaga kebersihan  ibu dan anak. Jika diare lakukan cuci tangan dengan sabun dengan bersih

Ibu Latifah, Jl. Monjali, Anak ketika akan ujian selalu diare, sehingga diberikan obat bebas?

“Sebaiknya pastikan terlebih dahulu apa penyebab diare, karena biasanya jika ada factor psikis/ psikologis stress maka terpicu diare, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu, apakah diare berupa BAB cair kemudian frekuensi berapa kali, atau terjadi pas kondisi stress saja karena masalah psikis, berikutnya apakah ada demam atau tidak, atau ternyata demam hilang begitu sajaketika ujian selesai.

Ibu Nita,Jogja anak diberikan parutan kunir dan madu?

untuk secara penelitian sendiri tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, yang terbukti adalah pemberian oralit, pemberian zinc.

Apakah ada penyerta ketika diare, biasanya, demam, muntah, ada infeksi di saluran pencernaan, ada juga yang mengalami nyeri perut, muntah dan diare

Ibu Nur,Jl.Monjali, memiliki anak berusia 1 tahun, selama 2,5 hari rewel, ketika BAB mengeluarkan lendir darah, hijau

Tanda dehidrasi, harus kita ketahui, kondisi umum anak, apakah lemes, mengantuk, ceria atau tidak, tingkat kesadaran, rasa haus, untuk ringan tidak ada perbedaan dengan tidak sakit, jika yang mengalami dehidrasi itu biasanya terlihat haus dan lapar, bibir kering, tidak mampu minum, tidak pipis, tidur terus, cubit di daerah perut jika kembali lambat berarti dehidrasi.

Sebaiknya berikan cairan mengatasi dehidrasi dan pemberian zinc.

Anak bisa terkena kembali diare, dengan perilaku bersih akan menjaga atau pencegahan diare selama 2 bulan kedepan, untuk zinc tetap dibeirkan sampai 10 hari untuk memperbaiki sel-sel lapisan usus

Tanda/ gejala diare:

Demam, anak rewel, BAB sudah mulai lembek, mengeluh sakit perut, ada juga yang datang dengan kondisi muntah terlebih dahulu menjadikan dehidrasi

Oleh karena itu Bagian Ilmu kesehatan masyarakat menghimbau agar orang tua waspada terhadap kondisi diare pada anak karena diare sendiri menduduki posisi angka kesakitan dan kematian tinggi di indonesa, sebaiknya keluarga segera memeriksa kedokter jika kondisi anak diare atau dehidrasi. Diare pada anak banyak rata-rata disebabkan virus oleh karena itulangkah yang harus dilakukan berikan cairan pada anak, pemberian zinc, lanjutkan asi atau pemberian makanan pendamping, berikan antibiotic sesuai petunjuk dokter, dan bagi ibu/ orang tua/ keluarga lanjutkan pemberian cairan oralitdirumah secara teratur sesuai dengan petunjuk.

(Jangan lewatkan Talkshow Kesehatan Anak di 105,3 FM Rakosa Radio Pilihan Perempuan, setiap hari Senin, pukul 10.00-11.00wib)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline