Nikah muda sering kali menjadi topik yang hangat dan penuh perdebatan di masyarakat kita. Di satu sisi, ada yang melihatnya sebagai langkah yang berani dan positif, sementara di sisi lain, banyak yang meragukan kesiapan pasangan muda untuk menghadapi tanggung jawab pernikahan. Apakah keputusan untuk menikah di usia muda didasarkan pada kesiapan yang matang atau hanya sekadar mengikuti tren?
Seperti yang kita lihat dan rasakan, sekarang ini kita hidup di era di mana media sosial memegang peran penting dalam membentuk opini dan gaya hidup. Banyak pasangan muda yang memamerkan kehidupan pernikahan mereka secara online, memberikan gambaran yang idealis tentang nikah muda, romantisme tentang kehidupan pernikahan serta gagasan tentang cinta sejati dan bahagia selamanya.
Selain dari perkembangan media sosial yang menjadi faktor adanya trend nikah muda ini, budaya dan tekanan dari lingkungan juga memainkan peran dalam keputusan untuk menikah muda. Di beberapa budaya, pernikahan di usia muda dianggap sebagai norma atau bahkan kewajiban yang sudah turun-temurun. Anak muda mungkin merasa didorong oleh keluarga atau tradisi untuk menikah pada usia yang relatif muda, meskipun mereka mungkin belum sepenuhnya siap secara emosional atau finansial.
Padahal, keputusan untuk menikah muda seharusnya didasarkan pada kesiapan yang matang, bukan hanya mengikuti tren atau tekanan sosial. Pasangan harus mempertimbangkan secara serius kesiapan mereka dalam berbagai aspek kehidupan -- emosional, finansial, dan karir. Mereka juga perlu memiliki komunikasi yang kuat dan visi bersama tentang masa depan mereka.
Kesiapan emosional dan mental adalah kunci dalam keputusan untuk menikah. Pasangan yang memutuskan untuk menikah muda harus memastikan bahwa mereka memiliki kestabilan emosional dan kematangan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup bersama.
Aspek finansial juga merupakan faktor penting dalam pernikahan. Menikah muda sering kali berarti memulai kehidupan bersama sebelum mencapai stabilitas keuangan. Pasangan harus mempertimbangkan kemampuan mereka untuk mendukung diri mereka sendiri secara finansial dan merencanakan masa depan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan pengelolaan keuangan bersama. Memulai pernikahan tanpa perencanaan keuangan yang matang dapat menambah tekanan dan stres dalam hubungan.
Anak muda harus dapat membedakan romantisme vs realita yang akan dihadapi dikemudian hari. Pengelolaan keuangan, tanggung jawab rumah tangga, dan resolusi konflik adalah bagian penting dari kehidupan pernikahan yang sering kali diabaikan oleh pasangan muda yang hanya terpaku pada sisi romantisnya.
Menikah adalah komitmen yang mendalam dan memerlukan persiapan yang lebih dari sekadar keinginan untuk bersama. Setiap pasangan harus memahami dan siap untuk menghadapi tantangan serta tanggung jawab yang datang dalam pernikahan. Oleh karena itu, penting untuk merenungkan apakah keputusan untuk menikah muda adalah hasil dari pemikiran yang matang atau hanya sekadar ikut-ikutan tren yang sedang populer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H