Lihat ke Halaman Asli

Putri Aisyah

Mahasiswa

Pengaruh Kisah Lampau dalam Cerpen Dongeng Kancil dan Babad Ken Arok Karya Sapardi Djoko Damono

Diperbarui: 29 Juni 2024   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam perkembangan teknologi yang canggih seperti sekarang ini, sangat susah untuk menemukan karya sastra yang asli. Kebanyakan dari karya sastra yang ada telah terpengaruh  oleh karya atau kisah yang ada sebelumnya. Dalam membuat sebuah karya sastra, kebanyakan dari pengarang sudah memiliki inspirasi dari karya lain. Melalui inspirasi itu, pengarang akan melakukan sebuah inovasi baik secara tema maupun struktur dari cerita. 

Kesusastraan di Indonesia pun mengalami hal yang serupa. Banyak karya sastra yang dipengaruhi atau terpengaruh dari karya sebelumnya. Tidak hanya itu, banyak pula karya sastra yang mendapatkan pengaruh dari kisah-kisah yang beredar di masyarakat. 

Cerita pendek "Dongeng Kancil" karya Sapardi Djoko Damono adalah salah satu cerpen yang diciptakan berdasarkan dongeng yang beredar di masyarakat. Kancil adalah salah satu binatang yang sangat populer di Indonesia. 

Kancil dikenal sebagai tokoh fiksi  yang cerdik dan mampu melepaskan diri dari ancaman hewan lain dengan tipu muslihatnya. Namun, dalam cerpen yang diterbitkan di jurnal kebudayaan kalam edisi 20 ini, kancil digambarkan sebagai binatang yang mengenaskan karena semua tipu muslihatnya telah diketahui oleh lawan. Cerpen ini pun menghadirkan tokoh "Aku" yang mendengarkan semua keluh kesah kancil dan Juru Dongeng yang dicari oleh kancil.

Lawan pertama yang dijumpai Kancil dalam cerpen "Dongeng Kancil" adalah Macan. Dalam dongeng yang beredar, kancil berhasil menipu macan dengan mengatakan ia sedang menjaga seruling untuk Nabi Sulaiman. Macan yang percaya dengan ucapan kancil pun meniup seruling yang hanya sebatang bambu sehingga lidah macan terjepit. Dalam cerpen karya Sapardi, macan telah mengetahui semua tipu muslihat yang akan dilancarkan oleh kancil. 

Semua tipu muslihat itu telah diceritakan oleh Juru Dongeng. Hal sama pun terjadi pada lawan kancil selanjutnya yaitu buaya dan anjing yang telah mengetahui semua tipu muslihat kancil. Dongeng Kancil yang selama ini beredar di masyarakat cukup monoton karena akhir dari cerita selalu dapat ditebak, yaitu si Kancil selalu berhasil membodoh-bodohi lawannya. Dengan adanya cerita seperti ini, cukup menjadi penyegar bagi dongeng Si Kancil. Cerpen ini pun meruntuhkan dongeng-dongeng kancil yang biasa diceritakan. Hal tersebut menghadirkan sebuah pandangan baru terhadap tokoh kancil. 

Tidak hanya dongeng saja, sastra sejarah pun berkembang di kesusastraan Indonesia. Fungsi dari sastra sejarah adalah mencatat peristiwa yang terjadi di dalam sebuah kerajaan. Biasanya, sastra sejarah lengkap menjangkau asal usul suatu masyarakat atau kerajaan. Salah satu karya sastra yang dipengaruhi oleh sejarah kerajaan adalah "Babad Ken Arok" karya Sapardi Djoko Damono. Secara singkat, cerpen ini menceritakan Ken Arok yang jatuh cinta kepada Ken Dedes. Ken Arok pun menghalalkan segala cara dalam memenuhi keinginannya untuk tidur bersama dengan Ken Dedes. Ia pun meminta bantuan seorang Empu untuk membuatkannya sebuah keris. 

Keris itu akan digunakan olehnya untuk membunuh Bupati, suami Ken Dedes. Saat Ken Arok akan menikam keris kepada Bupati, Ken Dedes menjelaskan bahwa dirinya adalah ibu kandung Ken Arok. Sementara Bupati yang selama ini diincar untuk dibunuh oleh Ken Arok adalah ayah kandungnya sendiri. Di akhir cerita, Ken Arok menusukkan keris ke dada Bupati lalu Ken Dedes memeluk anak kandungnya itu.    

Dalam cerita yang berkembang di masyarakat, Ken Arok adalah raja pertama dari Kerajaan Singasari. Sejarah dari raja-raja Majapahit dan Singasari dijelaskan dalam naskah Pararaton. Menurut Pararaton, asal-usul Ken Arok sebenarnya tidak pasti. Ken Arok diduga lahir dari keluarga petani miskin yang tinggal di tepi sungai. Kisah tersebut memiliki keterkaitan dengan cerpen karya Sapardi. Dalam cerpen pun diceritakan bahwa Ken Arok atau Arok tinggal di sebuah desa yang terletak di pinggir sebuah sungai. 

Ayah dari Ken Arok pun sama seorang petani miskin. Cerpen "Babad Ken Arok" karya Sapardi menggambarkan sosok Ken Arok dalam versi lain yang suka melakukan kekacauan dengan mendapatkan julukan "pemuda ber-jeans belel". Versi ini mungkin menjadi gambaran Sapardi dalam memandang Ken Arok pada masa yang lebih modern. Namun, cerita itu pun cukup berkaitan dengan kisah yang beredar. Semenjak lahir, bayi Ken Arok dibuang oleh ibunya yang bernama  Ken Ndok. Ken Arok tumbuh menjadi pencuri licik karena ia ditemukan dan diasuh oleh pencuri bernama Lembong.

Dalam Pararaton diceritakan bahwa kehidupan Ken Arok mulai berubah saat bertemu dengan Mpu Lohgawe yang meyakini bahwa Ken Arok adalah titisan Wisnu. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa pada akhir cerita "Babad Ken Arok" yang ditulis oleh Sapardi bercerita bahwa Ken Arok adalah anak bupati dan bukan anak kandung seorang petani miskin. Dalam cerpen karya Sapardi, tujuan Ken Arok membunuh Bupati karena ia cinta dan ingin tidur bersama Ken Dedes. Akan tetapi, dalam Pararaton disebutkan bahwa tujuan dari Ken Arok adalah ingin hidup bersama Ken Dedes dan mendapatkan kekuasaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline