Bagi umat Muslim, bulan Ramdhan adalah bulan yang penuh makna dan keberkahan, karena menjalani puasa di bulan Ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus tetapi juga merupakan waktu untuk mempererat ikatan keagamaan dan persaudaraan. Namun, di tengah semangat Ramadhan yang kental, di beberapa komunitas seperti orang Batak, tradisi masak-memasak menjadi momen istimewa untuk memperkuat persaudaraan dan kebersamaan. Alasan mereka mengadakan kegiatan ini di bulan Ramadhan karena bagi mereka bulan Ramadhan dipandang sebagai waktu untuk meningkatkan kebersamaan, saling berbagi, dan meningkatkan solidaritas, meskipun mereka berbeda keyakinan dengan umat yang menjalani puasa di bulan Ramadhan.
Di Bandung misalnya, komunitas Batak di Rancaekek ini dengan antusias menjadikan bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk berkumpul dan memasak masakan khas Medan seperti arsik, saksang, daging panggang, dan makanan non-halal lainnya yang dipadukan dengan sambal andaliman. Biasanya, untuk bagian memasak seperti membuat bumbu, memasak daging, dan menyajikan minuman adalah kaum wanita atau ibu-ibu, sedangkan untuk bagian memotong daging, membersihkan daging, dan memanggang daging adalah kaum pria atau bapak-bapak.
"Itulah yang membedakan orang Batak, dari makanan khasnya yang pedas dan tradisi persaudaraannya yang masih kental." Ucap bu Pesta, Minggu (7/4/2024)
"Ya harapan kami, kalian kaum muda bisa meneruskan tradisi adat Batak ini, jangan sampai hilang!" Ucap pak Manullang, Minggu (7/4/2024)
Selain menyajikan masakan yang lezat, komunitas ini juga tidak luput dari kebiasaannya yaitu berkaraoke dengan lagu-lagu Batak era 90-an. Tingkah unik satu sama lain inilah yang menghadirkan kegembiraan dalam komunitas ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H