Di sebuah sekolah sederhana di pelosok negeri, suara tawa anak-anak terdengar riuh di antara papan tulis yang sudah mulai usang. Di depan kelas, seorang guru tengah menjelaskan materi dengan penuh semangat. Guru tersebut adalah Ibu Lina, seorang guru honorer yang telah mengabdi selama lebih dari satu dekade. Meski menerima gaji hanya Rp700.000 per bulan, ia tetap setia mengajar.
"Ini bukan soal uang," katanya sambil tersenyum. "Saya ingin anak-anak di sini punya masa depan. Kalau bukan saya yang mengajar, siapa lagi?"
Cerita Ibu Lina adalah gambaran nyata perjuangan para guru honorer di Indonesia. Dengan jumlah lebih dari 700.000 orang, mereka menjadi tulang punggung pendidikan di banyak wilayah, terutama daerah terpencil. Namun, dedikasi luar biasa mereka sering kali tidak diimbangi dengan penghargaan yang setara.
Gaji guru honorer sering kali jauh dari layak, bahkan tidak memenuhi upah minimum regional (UMR). Sebagian besar dari mereka menerima antara Rp300.000 hingga Rp1 juta per bulan, angka yang bahkan tidak mencukupi untuk kebutuhan dasar. Selain itu, status mereka yang tidak pasti, dengan kontrak kerja yang diperbarui setiap tahun, membuat masa depan mereka penuh ketidakpastian.
Namun, di tengah keterbatasan tersebut, mereka terus bekerja. Guru honorer tidak hanya mendidik, tetapi juga menjadi motivator dan penggerak perubahan di komunitas mereka. Di daerah terpencil, guru honorer sering menggunakan uang pribadi untuk membeli alat bantu belajar atau bahkan memperbaiki fasilitas sekolah.
"Kadang saya harus mengeluarkan uang sendiri untuk membeli spidol atau kertas. Tapi saya ikhlas, karena anak-anak di sini butuh pendidikan yang layak," ujar Pak Rahmat, seorang guru honorer di Mojokerto.
Mengapa Mereka Layak Mendapatkan Penghargaan Lebih?
Dedikasi yang luar biasa adalah alasan utama mengapa guru honorer layak mendapatkan penghargaan lebih. Mereka bekerja keras untuk menciptakan peluang bagi siswa mereka, meskipun terkadang harus mengorbankan kenyamanan pribadi.
Selain itu, mereka juga berkontribusi besar dalam pemerataan pendidikan. Di daerah yang sulit dijangkau, guru honorer menjadi garda terdepan dalam memastikan anak-anak tetap mendapatkan pendidikan.
"Tanpa guru honorer, banyak sekolah akan kekurangan tenaga pengajar. Mereka adalah pahlawan yang sering kali tidak terlihat," kata Dr. Indah Sari, seorang pakar pendidikan.
Untuk memberikan penghargaan yang layak kepada guru honorer, perlu dilakukan langkah-langkah konkret, seperti:
- Kenaikan Gaji: Menyesuaikan gaji guru honorer dengan UMR di setiap daerah.
- Pengangkatan sebagai Guru Tetap: Memberikan jalur yang lebih terbuka bagi guru honorer untuk diangkat menjadi ASN atau PPPK.
- Peningkatan Pelatihan: Memberikan akses pelatihan dan pengembangan profesional agar mereka memiliki kesempatan yang setara dengan guru tetap.