Broken Home : Kehidupan yang Menginspirasi
Penulis: Putri Angelia
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran penting dalam pembentuakan karakter dan kepribadian seorang individu. Memiliki keluarga yang harmonisdan penuh kasih sayang adalah dambaan banyak anak dan merupakaan kebahagisn bagi anak, karena selain menjadi tempat ternyaman untuk berbagi cerita, keluarga menjadi tempat pembentukan karakter yang paling utama. Namun, tidak semua keluarga dapat berfungsi dengan baik. salah satu kondisi keluarga yang tidak baik adalah broken home atau keluarga yang retak.
Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang artinya retak, sedangkan home artinya rumah atau rumah tangga. Arti dari broken home dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perpecahan dalam keluarga. Broken Home adalah kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya akibat dari berbagai permasalahan , seperti perceraiaan orang tua , orang tua yang sibuk dengan pekerjaan , atau orang tua yang mengabaikan anak-anaknya. Fenomena keluarga broken home dalam masyarakat saat ini sudah menjadi hal yang wajar atau biasa.
Fenomena saat ini yang sering ditemui dalam masyarakat ialah Sebagian orang tua secara sengaja mengajak anaknya untuk berlaku durhaka kepada salah satu mereka. Contohnya, dalam sebuah perceraian adanya hak asuh, anak ikut suami, maka terkadang suami mengajak anak untuk membenci ibunya.
Penyebab utama terjadinya broken home umumnya adalah konflik atau perselisihan yang berkepanjangan yang berunjung perpisahan atau perceraiaan. Adapun faktor lainnya biasanya berupa, kekerasan, perselingkuhan, masalah ekonomi dalam rumah tangga. Hal ini juga sangat berdampak bagi anak, Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home cenderung mengalami seperti, depresi, trauma, masalah emosional, kenakalan remaja, hingga prestasi akademik menurun. Kondisi ini mengakibatkan anak sulit untuk bersosialisasi dalam memilih teman di dalam masyarakat.Perceraian atau perpisahaan orang tau membuat remaja merasa terlantar, kehilangan, dan sulit beradaptasi dengan perubahan struktur keluarga. Kondisi keluarga yang berantakan atau broken home dapat menjadi salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan remaja untuk melakukan bunuh diri.
Bunuh diri adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri secara sengaja. Bunuh diri merupakan tindakan yang sangan serius dan memiliki dampak yang sangat besar , tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi keluarga, teman, dan masyarakat. Bunuh diri dapat disebabkan oleh berbagai faktor , seperti masalah seperti keluarga, keuangan, kesehatan, atau tekanan sosial yang tidak dapat diatasi. Bunuh diri Remaja merupakan masalah kesehatan mental yang kompleks, dengan banyak faktor yang dapat berkontribusi, seperti depresi, bullying, kecemasan dan lainnya.
Bunuh diri remaja seringkali merupakan Tindakan implusif akibat ketidakmampuan dalam menghadapi masalah. Remaja yang berasal dari keluarga broken home umumnya memiliki risiko lebih tinggi melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan remaja di keluarga yang utuh. Untuk mengurangi kondisi seperti ini anak remaja tersebut harus dapat dukungan mental yang tepat, baik dari keluarga, sekolah, masyarakat, yang dapat membantu, mencegah dan mengurangi angka bunuh diri di kalangan remaja.
Hal tersebut dapat melakukan penanganan untuk mengatasi permasalahan broken home yaitu dengan Konseling keluarga dengan melibatkan seluruh anggota dalam konseling ini untuk membantu menyelesaikan masalah dan memperbaikin hubungan, Memberikan terapi kepada anak-anak yang terdampak broken home untuk membantu mereka dalam masalah emosional dan prilaku, Memberikan pelatihan dan edukasi kepada orang tua agar menjalankan peran dan tanggung jawab yang baik.
Keluarga yang seharusnya menjadi lingkungan yang memberikan contoh perilaku positif bagi anak-anak, membimbing mereka dalam pertumbuhan yang baik, serta, menjadi sumber kasih sayang dan rasa aman. Tumbuh di tengah keluarga yang broken home membuat masa kecil sang anak menjadi goyah. Anak seakan tumbuh dengan sangat cepat. Sang anak harus ikut merasakan bertanggung jawab dengan kenyataan pahit yang terjadi.
Sering sekali kondisi seperti ini terjadi pada anak broken home perempuan . Mereka cenderung tidak bisa mengahadapi emosi, terbuka, dan berekspresi. Pada akhirnya, mereka akan memendam segala pengalaman pahit seolah tak terjadi apa-apa.