Dear...
Hari ini aku masih sama seperti dahulu saat kecil. Masih susah mengontrol emosi yang labil, mungkin ini sudah menjadi karakter yang sulit aku ubah saat dewasa.
Aku berterimakasih pernah singgah di sana, kampung halamanku tercinta. Kenangan yang takkan pernah aku lupakan sampai aku menginjak usia tidak lagi muda.
Di sana beragam hal kutemukan, pembelajaran yang baru aku pahami saat dewasa. Yang mana memilki saudara yang tak sekandung, tapi seakan menjadi adik kandung. Kakak sepupu, adik sepupu keponakan mama tercinta yang selalu menyayangiku dengan tulus tanpa memandang aku ini siapa, fisik, dan rupaku tak menawan, atau apapun bagi mereka aku adalah bagian keluarga jauh yang selalu dirindukan.
Dear, kampung halamanku tercinta tempat aku bertumbuh yang sudah lama tidak kuinjakkan kaki lagi kesana karena banyak hal. Kesibukanku di sini, masalah yang datang juga pergi tanpa permisi. Ah, entahlah.. Namun, sesungguhnya aku rindu pulang.
Aku rindu memeluk mereka yang selalu ada buatku sejak dahulu. Mereka yang tak pernah berpikir buruk tentangku dan selalu menganggap sama diriku dengan keluarga lainnya.
Aku rindu mengunjungi makam nenek dan kakek, rindu menjelajahi kamar yang biasa aku tempati sambil memandang atap rumah juga mendengar keheningan malam di mana hal itu tak aku dapatkan di sini, karena terlalu bising dengan rutinitas membosankan lalu masuk dalam pikiran selalu begitu sampai tak pernah kurasa tidur dengan lelap seperti saat aku masih kecil.
Dear..Aku rindu pelukan keluarga besar yang semoga saja masih sama karena kutahu mereka takkan pernah berubah untukku.
Terimakasih tempat yang sudah memberi aku ketenangan dan kenangan. Terimakasih karena ingatan tentang tempat ini membuatku sadar, sejauh apapun aku melangkah. Aku tetap rindu kampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H