PHBS atau Perilaku hidup bersih dan sehat mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan karena membutuhkan kesadaran dan keseriusan tentang pentingnya menjaga kesehatan. PHBS merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban bangsa Indonesia untuk Pembiayaan Kesehatan. Menjaga kesehatan dengan mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, kita harus menjaga, memelihara kesehatan, dapat melindungi diri dan keluarga dari penyakit.
Hidup bersih dan sehat adalah sesuatu yang harus diterapkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatannya. Hidup bersih dan sehat, juga disebut PHBS, adalah seperangkat perilaku yang dipraktikkan sebagai hasil pembelajaran berbasis kesadaran oleh individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mampu menolong diri sendiri serta lingkungan di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam penyelenggaraan kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI., 2011)
Kegiatan program PHBS untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sangat luas, Salah satunya adalah cuci tangan pakai sabun sebagai cara yang sangat mudah dan efektif untuk mencegah berbagai penyakit infeksi. Kampanye cuci tangan pakai sabun (CTPS) di Indonesia perlu terus ditingkatkan. Dalam pelatihan cuci tangan difokuskan pada anak-anak sekolah dasar, karena anak-anak adalah bagian penting dari pembuat perubahan
Pelaksanaan PHBS masyarakat menjadi tanggungjawab semua pihak yang memfasilitasi kegiatan PHBS masyarakat agar dapat dilaksanakan secara efektif, serta menjadi tanggung jawab pemerintah kota dan dinas terkait. PHBS untuk usia 6 sampai 12 dipraktekkan di lingkungan sekolah serta diterapkan di rumah, PHBS sejak dini baik untuk mendidik dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
Kemenkes RI (2015)menyatakan kegiatan cuci tangan pakai sabun ini dilaksanakan untuk tujuan menurunkan tingkat kematian pada anak terutama yang terkait dengan kurangnya akses sanitasi dan pendidikan kesehatan. Menurut peneliti World Health Organization (WHO) mencuci tangan pakai sabun dan air bersih menurunkan resiko diare hingga 50%.
Menurut (WHO, 2016) bahwa ada 6 langkah dalam mencuci tangan yang baik dan benar, dengan durasi pada prosedurnya yaitu 20-30 detik. Sebelum memulai terlebih dahulu basahi telapak tangan menggunakan air yang mengalir kemudian beri sabun secukupnya. Langkah pertama: ratakan sabun dengan kedua telapak tangan; Langkah kedua: telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan menggosok punggung tangan kiri serta selasela jari tangan kiri, begipula sebaliknya; Langkah ketiga: gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan; Langkah keempat: jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci; Langkah kelima: gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya; Langkah keenam: gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya. Selanjutnya bilas tangan dengan menggunakan air yang mengalir, lalu keringkan dengan handuk. Setelah itu menutup kran air menggunakan tangan yang dilapisi dengan handuk untuk menghindari kontak langsung tangan dengan kran.
Cuci tangan pakai sabun (CTPS), jika dilakukan dengan benar dan benar, juga merupakan cara termudah dan paling efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti ISPA, kolera , cacingan, influenza dan hepatitis A (Setiawan I, 2014). Berdasarkan data WHO, mencuci tangan terbukti menurunkan risiko penyakit diare hingga 45%. Tidak hanya itu, ada penyakit lain yang bisa dicegah dengan mencuci tangan saja, yaitu cacingan, infeksi saluran pernapasan, infeksi mata, dan hepatitis. Namun, untuk mendapatkan manfaatnya , dengan perlu mencuci tangan dengan benar (Pawenrusi, 2018).
Anak-anak lebih rentan terhadap penyakit. Masalah perilaku kesehatan anak terutama pada usia dini (usia dari lahir sampai adalah sekitar 6 tahun) sebagian besar terkait dengan kebersihan diri dan lingkungan. Cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, pola makan yang buruk, dll adalah penyakit umum karena kebersihan yang buruk dan gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini berdampak pada tumbuh kembang anak dan kualitas kesehatannya.
Cuci tangan pakai sabun ini biasanya diajarkan dan diperkenalkan kepada anak sejak dini, tidak hanya di rumah tetapi juga di lingkungan sekolah. Sekitar sekolah telah menjadikan pembelajaran cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai kegiatan rutin di sekolah, terutama dari TK hingga SD, yaitu mengingat anak-anak berusia antara 3 dan 6 tahun pada tahap ini yang rentan usia infeksi penyakit. Secara umum metode bermain lebih disukai pada pembelajaran anak usia dini. Hal ini sesuai dengan keadaan anak yang lebih suka bermain, edukasi PHBS pada anak usia dini dapat diberikan dengan metode bermain. Langkah-langkah yang dapat menunjang efektifitas dan efisiensi kegiatan pendidikan antara lain penggunaan media pendidikan yang disesuaikan dengan metode pengajaran. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, begitu pula perkembangan media dalam pembelajaran. Contoh media lain yang sering digunakan dalam pembelajaran anak adalah penggunaan video. Video dinilai mampu menghadirkan gambar dan suara yang hidup sehingga memberikan daya tarik tersendiri (Windaviv, 2017)
Berdasarkan pendapat dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (1992: 1-7), faktor yang mempengaruhi kesehatan meliputi benda hidup, benda mati, peristiwa alam, faktor lingkungan buatan manusia, keturunan, dan perilaku. Hal serupa juga disampaikan oleh Blum bahwa faktor yang mempengaruhi kesehatan meliputi lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.
Pelaksanaan PHBS akan terlaksana dengan baik apabila fasilitas dan sarana PHBS di sekolah memadai. Fasilitas penunjang PHBS di sekolah ialah ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk, tersedianya kantin yang sehat, tersedianya jamban yang bersih, tempat dan program olah raga yang terukur dan teratur, dan juga adanya tempat sampah (Kemenkes, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan PHBS pada anak sekolah yaitu dukungan orang tua, dukungan teman sekolah, dukungan guru sekolah, dan sarana prasarana yang memadai (Adiwiryono, 2010).