Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Budak dinegri sendiri

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jakarta … engkau pusat perhatian setiap kota

Engkau penuh dengan sensasional

sungguh " menawan"

Keindahanmu penuh dengan make up(hiasan)

Ku tak menemukan kesederhanaan dalam dirimu

Engkau sangat seksi tetapi juga mematikan

Aku bahkan tidak bisa bernapas dengan baik saat bersamamu

Engkau sangat kaya namun tidak punya hati kepada kaum low class

Engkau hanya berteman kepada orang yang Punya Kuasa

Bagimu kualitas dan loyalitas menjadi nomor dua,

Sehingga orang yang berkualitas hanya sedikit tinggal denganmu

Engkau sangat Religus dalam teori, namun sangat ateis dalam tindakan.

Saat ku berjalan disekitarmu, kuhanya menemukan kemewahan bagi orang tertentu

Semakin kutelusuri engkau hanya memberikan sampah bagi masyaratku,

Rumah yang terbuat dari karton, dan engkau memberikan tempat layaknya seperti binatang

Untuk mereka huni…., namun Pemimpinku yang duduk disana hanya bisa terdiam.

Oh…, Jakarta engkau bahkan tidak memberikan pendidikan yang layak

Bagi mereka yang tidak punya uang. Engkau hanya mementingkan

dirimu sendiri,

Namun saat nazi2 kecil darimu ingin berkuasa di negaraku

Engkau bicara dengan penuh manis…, namun hanya sesaat

Aku bahkan hidup menderita di negaraku

Menjadi budak di negaraku…

Karena engkau menjual diri kepada para INVESTOR

Tanpa memikirkan generasi bangsa…

aku bahkan makan, makanan sisa, dinegriku sendiri.

Ach...., Kotaku, kota dimana aku lahir.

kota dimana PEMIMPINKU ada disana.

N/B. Maaf, Kota ini hanya saya jadikan sebagai simbol. Karena Kota ini adalah Jantung Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline