Lihat ke Halaman Asli

Garuda Bukan Burung Perkutut

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_234823" align="aligncenter" width="281" caption="Garudaku"][/caption] Wahai Garudaku...mengapa wajahmu tertunduk lusuh dan butut, Seperti orang kalah judi buntut ,semuanya habis hanya tinggal kentut * Di mana Matamu yang tajam! Yang pernah menggetarkan singa-singa kelaparan, Kemana Cakarmu yang perkasa!! Yang mencengkeram erat seluruh Nusa Hingga tak ada makhluk yang berani mengusiknya * Apakah karena badanmu digerogoti penyakit korupsi, Hingga Mata dan Cakarmu kau gadaikan Demi tegaknya negeri ini ? Atau apakah karna engkau dihinggapi penyakit kolusi, Hingga Burung Emprit kau jadikan mentri Yang hanya pandai makan berkicau dan memberi upeti * Oh, Garudaku... Engkau sekarang hanya pandai bernyanyi Menghiba mengharap belas kasih, Seperti burung perkutut di dalam jeruji Bernyanyi hanya demi sesuap nasi * Ohh, Garudaku.. Kembalikan Matamu yang tajam,Cakarmu yang perkasa Libas habis seluruh kemunafikan Agar gagah perkasa negeri seribu panglima, * Engkau Garuda bukan burung perkutut, yang hanya pandai bernyanyi dan berlutut Tetapi pengawal Negeri , dari segala carut marut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline