Lihat ke Halaman Asli

Televisi adalah Nabi Modern

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Moral adalah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan. Penyebabnya ada banyak, bisa karena lingkungan yang membiasakannya entah itu keluarga, sekolah atau masyarakat. bisa juga karena media massa/media sosial. Media massa berperan sangat signifikan dalam membentuk moral bangsa, khususnya media televisi. Berbeda dengan koran, majalah atau tabloid, televisi sudah dimiliki oleh banyak orang dan harganya juga terjangkau. Sehingga televisi menjadi media efektif dalam membentuk moral bangsa.

Televisi menjadi sarana paling efektif dalam pembentukan moral bangsa adalah hal yang menguntungkan bagi indonesia, yaitu bisa digunakan untuk membentuk moral-moral yang budi luhur dan berketuhanan. Tapi dalam realisasinya, banyak acara televisi yang justru membangun moral yang tidak berbudi luhur dan berketuhanan, contohnya acara televisi GGS. GGS adalah acara televisii yang menceritakan remaja berpacaran, hedonisme, hidup senang-senang, dan membuat pandangan bahwa sekolah gak digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan skill tapi dibuat berpacaran, mengajarkan nilai-nilai sering keluar kelas diperbolehkan, dsb. Perilaku demikian adalah perilaku yang tidak sesuai dengan budi luhur dan ketuhanan, karena media televisi dapat diakses oleh semua orang maka perilaku demikian berpotensi akan ditiru oleh anak-anak hingga orang tua.

Televisi menjadi sarana paling efektif untuk membentuk moral, moral adalah salah satu output dari suatu ajaran atau ideologi, sehingga televisi adalah sarana paling efektif dalam menyebarkan ajaran dan ideoloigi. Jadi televisi sebenarnya hampir sama dengan seorang Nabi. Seorang Nabi adalah perantara Tuhan untuk menyebarkan ajarannya untuk pemecahan masalah pada saat itu, untuk membangun manusia yang tidak bermoral menjadi bermoral, dst. Televisi dan media juga mempunyai tugas yang sama yaitu sebagai perantara untuk menyebarkan ajaran-ajaran dari manusia (biasa disebut ideologi) kepada manusia-manusia yang lainnya. kalau katanya van djik yaitu guna menanamkan kesadaran palsu. Sehingga Nabi dan Televisi itu sama, yaitu sama-sama sebagai perantara ajaran atau ideologi. Tapi jikalau Nabi maka tidak akan digunakan oleh tuhan untuk penyelewengan ajaran tuhan/kebenaran, tapi kalau Media dan Televisi adalah sangat berpotensi terjadi penyelewengan dan penanaman kesadaran palsu. Sehingga banyak sekali acara televisi yang menyebarkan nilai-nilai ajaran untuk membentuk moral yang tidak sesuai budi luhur dan ketuhanan, yang nilai ajaran tersebut di gunakan untuk membentuk dan mempengaruhi moral dan ajaran orang yang melihat atau membaca (penonton) mulai anak kecil sampai orang dewasa.

Beberapa bulan lalu sempat heboh kerena ada foto anak SD laki-laki yang mencium anak SD perempuan, menicum dibibirnya. Kemudian sekitar 1 tahun yang lalu, ada berita anak SMP melakukan pencurian dan ada juga yang melakukan pemerkosaan. Ketika saya membayangkan dan mencoba berpikir kedepan, saya membayangkan “bagaimana ya dampak yang diakibatkan dengan moral yang demikian ?”. Jika kita berpikir mendalam, maka akan terjadi dampak-dampak yang signifikan dan dapat mengakibatkan kerusakan di indonesia.

Sehingga tugas kita adalah agar selalu waspada terhadap televisi, dan media yang lain. Karena media dapat membentuk moral yang dapat menghambat karir dan bahkan menghambat pertumbuhan negara ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline