Pagi telah tiba suara ayam mulai terdengar dari sisi utara sana
Saat menyambut pagi ku putar lagu indie sambil di temani segelas kopi
Ku hidupkan rokok putih untuk melawan dingin nya embun pagi ini
Andaikan saja kamu ada saat ini mungkin dengan dekap tanganmu aku bisa melawan rasa dingin ini.
Mimpi adalah hadiah yang di dapatkan ketika menutup mata sampai terlelap
Aku mempunyai mimpi untuk menghabiskan sisa hari-hari di waktu tua bersamamu
Tapi bagai mana aku bisa bermimpi sedangkan ilusi dan bayangan itu selalu menghampiri
Angan untuk menikmati senja di sore hari menciptakan labirin ilusi.
Saat kutulis puisi ini hanya bayangan senyuman itu yang terlintas di pikiran ku
Teringat waktu-waktu yang kita habiskan bersama kala itu
Entah kenapa setiap pertemuan kita perlahan membuat aku menjadi candu
Iya aku candu bercerita sampai terdengar azan subuh dan mendengar suara tawa darimu
Dulu aku pernah berkata cinta kepadamu
Kamu tanya kenapa tapi karena takut aku menjawab karena dan karena
sekarang aku kembali berkata cinta
Dan kamu kembali bertanya kenapa dan akupun tidak tau alasannya kenapa.
Entah kenapa saat memikirkan dirimu
Tubuh ini bergerak dengan sendirinya
Mungkin terdengar konyol untukmu
Tapi itulah kenyataan sebenarnya.
Benih benih yang tercipta dari senyuman itu perlahan menghidupkan cinta yang telah lama mati
Perlahan dan pelan menjadi pupuk yang memberikan nutrisi bibit cinta ini
Jika saja aku bisa memiliki hatimu aku berjanji akan menjaga sampai hayat nanti
Percayalah kepadaku maka aku akan menjadi laki-laki yang sangat beruntung di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H