Munculnya kampanye kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di kampus UI membuat sesak. Dua hari ini, berita-berita tentang LGBT ini tidak kalah hangat dari isu Gafatar dan Bom Sarinah yang telah menyita perhatian publik beberapa pekan terakhir.
Yang membuat sesak adalah pernyataan dari anggota kelompok LGBT yang sudah terang-terangan mengakui dirinya gay dan lesbian. seakan-akan apa yang mereka akui adalah sesuatu yang benar. 'Kami berbeda, bukan tidak normal' kata mereka... dalam sesak aku hampir tertawa ngakak membaca postingan2 mereka di situs melela.org. satu hal yang ingin saya sampaikan adalah kalian wahai LGBT, sedang sakit, tidak normal, dan perlu pengobatan.
Apa buktinya kalian tidak normal?
Manusia normal adalah manusia yang sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. secara bawaan, jenis kelamin tidak ditentukan oleh perasaan kewanita-wanitaan atau kelelaki-lakian. manusia lahir hanya dgn dua jenis kelamin, kalo tidak wanita ya pria... lalu kamu mau apa? mau buat jenis kelamin baru? karena hubungan seksual normal itu hanya terjadi pada dua jenis kelamin bawaan itu...mereka berpasangan... memanfaatkan organ lain yg bukan pada manfaatnya itu lah yg disebut TIDAK NORMAL1'...
Bagaimana kalian melihat hidupmu sebagai manusia?
Makhluk hidup normal sejatinya berkembang biak, termasuk manusia. lalu bagaimana kalian memberikan keturunan jika kalian homo dan lesbi? apa kalian ingin membelah diri seperti amuba? tidak bisa wahai pendukung LGBT... itu artinya sebagai makhul hidup saja kalian TIDAK NORMAL2'. dan akan banyak lagi ketidak normalan LGBT sepanjang kita mau berpikir...
Anehnya, Kampus UI, yg notabene adalah kumpulan orang2 pintar dan ilmiah kok malah menjadi tempat hidup dan berkembangnya kaum LGBT ini. Tanpa malu-malu lagi LGBT membuat kelompok Support Group and Resource Center On Sexuality Studies (SGRC) UI. Berdiri sejak 17 Mei 2014 lalu sudah memiliki 200 penggemar dari kaum tidak normalnya hingga sekarang.
Saya tidak ingin mengganggu urusan pribadi orang lain, tapi LGBT ini adalah virus yang bisa menjangkit jika diberi ruang. Dan ini menjadi penting karena sudah menyangkut penyakit sosial. LGBT ini adalah perasaan sesat dan akan menyesatkan jika tidak dipotong pergerakannya.
Kampanye mereka di UI adalah contoh bahwa mereka sedang menunjukan eksistensinya. Seakan-akan masyarakat Indonesia adalah negara liberal yang tidak terikat norma-norma. Jika ini dibiarkan, maka LGBT ini akan merasa mendapatkan tempat dan diterima di masyarakat. Setelah itu, tidak heran, mereka akan melakukan aksi selanjutnya, yaitu mendapatkan pengesahan untuk menikah sesama jenis.
Oh tuhan, saya tak bisa bayangkan jika suatu saat nanti di Jakarta ada dua pria dengan baju pengantin dan menikah. Semoga ini tidak terjadi di jamanku ya Allah, aamiin.
Terakhir, siapa bilang LGBT itu memiliki perasaan berbeda?