Lihat ke Halaman Asli

Angga Deka Saputra

Penulis_Frelencer

Minggu pagi

Diperbarui: 27 Juni 2021   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.google.com/search?q=doa+perempuan&tbm=isch&ved=2ahUKEwiBlvnA-bbxAhX7gUsFHchoDGgQ2-cCegQIABAA&oq=doa+perempuan&gs_lcp=CgNpbWcQAzICCAAyAggAMgIIADICCAAyBAgAEB4yBAgAEB4yBggAEAgQHjIGCAAQCBAeMgYIABAIEB4yBggAEAgQHlDlIljlImDQJGgAcAB4AIABZIgBZJIBAzAuMZgBAKABAaoBC2d3cy13aXotaW1nwAEB&sclient=img&ei=5frXYMGPFvuDrtoPyNGxwAY&bih=969&biw=1920&safe=strict#imgrc=RjuW-wO7zgoccM

"Pripun Zak. Setuju ta? Bapakmu loh nanya ibu terus." Sembari melipat pakaian yang baru saja diangkat dari jemuran.

Aku terdiam, dadaku berdegub kencang, hanya menatap wajah ibu tanpa memberikan sebuah jawaban. Dia tak boleh tahu jika aku teramat sedih dengan adanya perjodohan itu, padahal aku baru saja menemukan jawaban dari do'aku, seorang laki-laki yang mampu membuat hari-hariku penuh warna.

Semenjak adanya rencana perjodohan hari-hariku terasa suwung, hubunganku dengan bapak ibu menjadi anyep dan kesedihan selalu kubungkam dengan tawa, seperti namaku Zakyiatul Mufarrikhah yang artinya "perempuan yang berbahagia dalam kesucian"

Jadi bagaimanapun aku harus terlihat bahagia, meskipun ingin sekali aku menumpahkan segala kesedihan ini.

Sejak aku MTs memang semuanya sudah di atur sama bapak, sehingga aku merasa tidak memiliki kebebasan seperti teman-teman yang lain. Sampai aku tamat kuliah pun tidak ada yang berubah, segala sesuatu harus berjalan sesuai kehendak bapak, jadi hari-hariku lebih sering kuhabiskan didalam rumah dengan menonton tv dan deres hafalanku di kamar.

Ndokk . . . ditanya lah ko ngelamun sih? Suara ibu memecah lamunanku. Nopo bu suaraku terbata-bata. Gapopo ndok, yo wes siap-siap  dhuhuran kono "sembari menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajah sedihnya, melihatku melamun karena pertanyaanya.

bergegas aku mengambil air wudhu' dan memakai mukenah kesukaanku, aku duduk di atas sajadah sambil menunggu waktu dhuhur aku muroja'ah  hafalan.

"Seng sabar yo ndok, ibu ngerti lak kam ga ge. Di jodohke ibu ngerti lak kamu wes duwe calon dewe" melihat putri semata wayangnya dari sela pintu kamar yang terbuka, tengah duduk mengaji dengan hati yang sedih.

Satu persatu air mataku meluncur ke mushabku

Ya allah lihatlah aku, perempuan yang sejak MTs sudah seperti burung dalam sangkar. 

Buu lihatlah anak mu ini yang ta bisa memilih kebahagiaanya sendiri"gumamku dalam hati"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline